Kamis, 26 April 2018

Jalan-Jalan Sore: Doa-Doa Romantis



Oleh : Nin Wahyuni

Alhamdulillah masih punya lupa. Lupa kalau hari ini gak ada jadwal ngeles Adelia. Sampai gerbang rumahnya dia kaget, “Loh, hari ini les, Mbak?” kata Adel kaget. Dahiku berkerut dan cuma keluar kata “Ooopss” sambil nyengir. Tapi dia anak yang sholehah kok jadi gak nyuruh aku pulang.hehe

Aku datang, dia agak cemberut karena bukan jadwal les. Tantenya bilang, “Yaudah nanti keluar aja main sama Mbak Ning”. Mendadak raut wajahnya jadi ceria. Dia langsung mandi, dandan cantik, dan nyiapin perbekalan buat jalan-jalan. Kubilang mau Wa ibunya dulu buat izin, tapi kata tantenya gakpapa gak usah.

Yaudah deh kita akhirnya nyepeda romantis. Walau dengan beribu keribetan yang ada—rok, sepeda cowok, tinggi pula sepedanya.

Kita menyusuri jalanan sawah dengan medan yang menegangkan. Cukuplah memacu adrenalin biar lebih berdebar, ditambah acara nyasar ke jalan buntu. Akhirnya puter arah, yang ternyata juga salah jalan karena dimana-mana ada anjing. Mau puter pulang gak boleh. Katanya mau ke sawah liat pemandangan. Iya deh diturutin maunya biar gak cemberut lagi.

Sampai sawah. Maasya Allah hijaunya gak nguatin. Anginnya sejuk banget. Dan tetiba lapar menyerang karena perjalanan jauh yang menegangkan.

(Adegan romantispun dimulai)
Lagi duduk di pinggir sawah.
“Mbak Adel, kalau udah kelas 3 Mbak Ning gak ngajar lagi gimana?”
“Kenapa Mbak Ning?” dengan polosnya.
“Mbak Ning takut gak bisa ngajar materi Mbak Adel lagi. Nanti diajarinnya sama yang lain ya?” dia langsung ngliat ke aku dengan tatapan bete.
“Gak mau. Nanti bilang sama Mama kalau Mbak Ning gak ngajar dijemput ke rumahnya.”
“Mbak Ning gak bisa galak kalau Mbak Adel lagi ngeyel belajar,” kataku masih cari-cari alasan.
“Yaudah nanti Mbak Ning jadi galak aja kalau gitu,” jawabnya sambil nyengir.

Yaaa...kata “pamit” selalu menjadi hal terberat yang diucapkan. Karena melepaskan sesuatu itu tidak mudah, butuh hati yang tega untuk mengucapkannya. Sama seperti waktu pamitan sama Ibu yang di UPY. Aku pamit gak ngajar lagi karena jarak dan karena tugasku menjadi tentor pengganti sudah selesai. Tapi Ibu itu gak nglepasin tanganku sebelum aku menarik kembali keputusanku.

Sama…Adel juga gitu. Berkali-kali aku baper lagi. Baper sama hidupku. Mereka takut dilepaskan, sedangkan aku berkali-kali dilepaskan(mendadak sedih). Bukankah dengan melepaskan akan mendapat yang lebih baik? Itu yang selalu aku percaya, sehingga bisa setegar sekarang dengan apapun takdir-Nya (kok mendadak Mellow sihL).

Doa-doa romantis. Bukan Adel namanya kalau gak pernah berdoa yang romantis.
“Kalau Mbak Ning nikah gimana? Terus gak dibolehin ngajar Mbak Adel? Kan katanya tahun ini Mbak Ning nikah,” kataku masih menggoda. Dia diam.
“Yaudah doain suami Mbak Ning nanti laki-laki sholeh jadi ngizinin ngeles Mbak Adel terus deh,” rayuku.
“Ya Allah semoga Mbak Ning jodohnya laki-laki sholeh, penyayang, ganteng, dan ngebolehin ngajar aku lagi. Semoga Mbak Ning nikahnya pas Mbak Ning ulang tahun 2018.”
Nah loh? Ada akselerasi doa lagi. Selalu begitu. Tapi yang pasti, doanya selalu romantis dan manis sekali. Semoga Allah mengabulkan doa-doamu yaJ

#Bantul, 25 April 2018#doa-doa romantis—seromantis harapanku yang manis
#Sekali-kali lebay deh.wkwkwkwk


Selasa, 24 April 2018

JAVA MILK: Pertemuan Semanis Perpaduan Milk and Fruit



Oleh: Nin Wahyuni




Pertemuan itu manis. Semanis penantianku pada milk guava. Perpaduan milk and fruit yang sempurna di lidah. 

Semanis itu pertemuan kita. Ahaaaa terlalu lebay. Tapi begitulah mengartikan senyumanmu dan kelembutan suaramu. Penantianku pada segelas milk guava seperti kesabaranmu menghabiskan roti bakar dan pudding manis di hadapanmu.

Aku sudah berlatih untuk semua pertanyaan-pertanyaan yang ingin kusampaikan padamu. Sudah kutulis pada note di Handphoneku. Tiba saatnya, semua yang terpikir hilang, semua yang tertulis lupa.

Sampai pada kesimpulan, “Sumpah aku grogi banget”.

Kamu yang santai tapi membuatku tegang. Kamu yang berusaha enjoy tapi ngebuat aku bete, karena seolah hanya aku yang membutuhkan pertemuan itu. Enak ya, cuma jadi follower? Sedangkan aku harus mengaduk-aduk gelasku dengan sedotan, berusaha mencari topik pembicaraan. Aku sesekali menyedot manisnya milk guava untuk mencairkan keteganganku.

Adakah pertemuan  semanis ini selanjutnya?

Bantul, 22 April 2018—kamu semanis Milk Guava yang kuhabisi:p 
#wkwkwkwk


Jumat, 20 April 2018

Resah


Image result for gambar resah hati
oleh: Nin Wahyuni

Resahkah yang membuatku sulit terpejam? Malam selalu mencekam setiap aku hendak pejamkan mata.

Siapa yang menjadi hantu sekarang? Masa lalu kah? Atau masa depanku kah?
Sepertinya aku harus kembali bertanya pada hatiku lagi.

Perihal masa lalu, aku sudah memaafkan diri sendiri. Tak lagi terbayang kesalahan yang membuatku sulit terpejam. Ya, sejak aku berani membagi bebanku.

Berarti perihal masa depan. Mungkin seperti itu lebih tepatnya. Berkali-kali aku berusaha mengusir kenyamanan yang ada padanya. Berkali-kali aku berusaha tidak menghubunginya atau hanya sekedar mengirim pesan ,”Hay”. Hanya saja satu kata darinya membuatku kembali ingin berlama-lama berbicara.

Aku takut semua kenyamanan itu hanya kembali menjadi kenangan. Kenangan yang berkali-kali harus menjadi hal yang melukai, seperti sebelumnya.
Malamku menjadi resah. Tentang rasa takut, gelisah, dan racun pikiran lainnya yang membuatku begitu mudah terbangun. Mendadak berbagai macam pikiran diluar fokusku berdatangan. Menjelma monster-monster menakutkan.

Resah.
Ingin kuusir resah yang tiap kali membrondong pikiranku. Setiap kali itu juga dia orang pertama yang aku hubungi. Hanya sekedar mengatakan “Aku mulai merasa takut”. Hanya berkali-kali juga pesan itu tak banyak sampai padanya.

Allah…bukan diri tak percaya takdir-Mu. Bukankah aku selalu mengadukannya pada-Mu? Disetiap hening malam ketika Engkau membangunkanku. Berkali-kali meminta hanya pilihan-Mu yang datang padaku.

Resah.
Aku begitu resah jika kembali terjatuh, dan aku lupa bagaimana bangkit. Aku masih begitu rapuh mempertahankan imanku. Aku tidak ingin dia yang kuanggap baik, menjadi sebab runtuhnya percayaku pada cinta-Mu—seperti sebelumnya.

Bantul, 20 April 2018—Menanti Hujan Reda

Rabu, 18 April 2018

Sebaik Apa Dirimu?



oleh : Nin Wahyuni

Aku selalu meminta pilihan terbaik,
Laki-laki sholeh, penyabar, penyayang, cerdas
Baik agamanya itu jadi kriteria pertama dan utama
Ngajinya ok
Kajian ilmu agamanya tak diragukan

Bahkan, aku yang seharusnya dipilih, ternyata pemilih juga
Hatiku condong pada yang sesuai kriteriaku
Dalam doa aku juga memohon yang terbaik untuk agamaku

Pertanyaan itu selanjutnya kulempar pada diriku,
“Memang, sebaik apa dirimu?”

Bantul, 19 April 2018 : Renungan

Selasa, 10 April 2018

Karena Wanita Itu Perasa



Oleh : Fitri Muslimah
 Image result for wanita perasa
google.com

Bang Harbi   : “Mbak ini kata-katanya halus. Sampai saya banyak yang tidak paham.”
Saya             : "Iya, Bahasa wanita"
--------------------
Mengendapkan kalimat. Agar kalimat marah tak menunjukkan kemarahannya. Agar kalimat kecewa tak menunjukkan kekecewaannya. Agar semua yang sedang dirasa, terbalut oleh hikmah dan rasa syukur atas segala ketetapan-Nya dan tetap menumbuhkan semangat (karena wanita itu perasa)


Bantul, 5 April 2018

***
Menuliskan kembali quotes mbak Fitri, benar-benar membuatku baper. Mungkin memang aku yang dasarnya lebay atau lebih halusnya wanita perasa seperti judul di atas. Memang pada dasarnya wanita itu memiliki rasa yang halus dan peka. Bisa dibilang juga pandai menyembunyikan perasaan yang sedang dirasakan.

Contohnya, lagi marah atau kecewa dan ditanya, “Kamu kenapa?”

“Gakpapa,” jawabnya sambil tersenyum. Sebenarnya di balik kata “gakpapa” pasti ada bermacam-macam gejolak rasa yang sedang dirasakan. Untuk itu, laki-laki harus paham. kalau dibalas cuek, hati perempuan semakin terluka, karena yang dibutuhkan adalah pengertian dan perhatiannya. Jika pasangan halal, cobalah raih tangannya. Dekap tangannya di dadanya, dan kecup keningnya. Dengan begitu ia akan tenang (maaf yang nulis korban drama korea.hehe).
                                               

Ketenangan



Oleh : Fitri Muslimah

Image result for ketenangan
google.com 

Tak kan kau dapati ketenangan dan senyuman
Sebelum engkau berlepas diri dari padanya
Lepaskan dan kembalilah ke jalan yang Ia kehendaki

Tak akan pernah ada kebaikan yang membawa, selain ketenangan
Tak akan pernah ada keburukan yang membawa, selain pada kegusaran dan gundah gulana

Yakinlah bahwa Allah akan mencukupkan
Mencukupkan apa-apa yang kau butuhkan
Perhatikan lagi ke-mau-an mu
Apakah ia membawa kebaikan, atau malah menjerumuskan dalam keburukan.

Bantul, 5 April 2018
***
Quotes renungan dari mbak Fitri Muslimah. Semoga semakin menginspirasiJ


Senin, 09 April 2018

Memaknai Bahagia


oleh : Nin Wahyuni
Image result for gambar bahagia
google.com

Ukuran bahagia setiap orang pasti berbeda-beda.
Bagiku, bisa membuat orang tertawa, itu sudah membuatku  bahagia.
Bisa mengajar tanpa beban, itu kusebut bahagia.
Apalagi bisa membuat orang yang kusemogakan mencintaiku, itu kunamakan kebahagiaan.

Nah loh?
Yang paling penting adalah bagaimana kita bersyukur dengan nikmat Allah, seberapapun ukurannya.
Menjadi manusia paling bahagia adalah ketika hati selalu terpaut pada Allah.
Kan yang ngebuat hati gak bahagia itu diri sendiri? Kita biarkan hati galau sehingga menimbulkan resah, gelisah, wash-washah.

Allah akan selalu menambahkan nikmat-Nya ketika kita pandai bersyukur.

Seperti hari ini, aku bahagia dengan nikmat Allah.
Ada jerawat manis bertengger di daguku.hehe
Ketika kebanyakan orang bingung dengan “Jerawat”,
aku bahagia “Akhirnya aku punya jerawat”
Semoga rasa syukurku, tidak membuat Dia menambah jerawatku.

Memaknai bahagia.
Bahagiaku dan bahagiamu tentu berbeda.
Intinya, jangan lupa bersyukur.

___SEKIAN__
*** Bantul, 10 April 2018, Pagi-pagi pengen nulis aja.

ABOUT MOM

Image result for gambar ibu
google.com
oleh : Putri Azalea


Pengalaman curhat pertama kali sama Ibu tentang ‘cinta yang kandas’. Dan, fyi my mom didn’t has experience about broken heart because of love.

Yaah, ketika aku memutuskan untuk curhat masalah itu -dengan berbagai macam pertimbangan dan gejolak diriku sendiri- akhirnya aku memberanikan diri untuk bercerita dari awal mulai kisah ku, sampai hal yang menyedihkan. Oke, aku bukan mau cerita masalah apa yang aku curhatkan ke Ibu. Tapi masalah ‘the power of mother’s hand’.

Karna Ibu belum pernah mengalami patah hati seperti yang aku rasakan saat itu, Ibu cuma bisa mengelus-elus kepalaku di atas pangkuannya. Sampai beberapa menit aku cuma bisa nangis, dan Ibu nungguin sampai aku sedikit tenang. Dan yah... meskipun aku belum cerita sama sekali, aku udah merasa tenang dan ringan. Ketika aku slesai cerita, Ibu hanya menanggapi dengan kembali bertanya ‘sesholeh apa orang yang kamu ceritakan itu’?. Dan kata-kata itulah yang menjadi kekuatan aku untuk bangkit dari masa lalu. Sampai sekarang ketika tiba-tiba ingat ‘dia sudah bahagia’ dan melow, kata-kata Ibu itu yang aku ingat. Dan nasihat Ibu meskipun ada kesamaan dengan nasihat teman-teman, tapi rasanya beda. Langsung nancep aja di hati. Dan tetiba clear aja masalahnya.

Hmmm.. Dan setelah selesai cerita dan tambahan nasihatnya, rasanya udah gak ada beban lagi.
Dan yang tambah aku bangga masih bisa curhat sama Ibu adalah, meskipun Ibu tidak merasakan sakitnya aku, tapi tetap ada air matanya yang menetes. Katanya saat itu ‘Ibu memang tidak pernah dan tidak tau bagaimana kamu. Ibu hanya bisa membantu dengan ikut nangis’. Melted banget rasanya. Dan aku jadi malu. Masa iya aku mau nangis terus cuma masalah kayak gitu.
Dan di akhir nasihatnya beliau berpesan ‘Laa khaula wala quwwata illaa billah’. Percaya sama kekuatan Allah.

Dan salah satu kekuatan Allah itu muncul dari diri seorang Ibu.

Maka, bersyukurlah kalian yang masih ada tempat untuk menuangkan cerita-cerita kehidupanmu -baca Ibu.

Ibu adalah teman, sahabat yang tidak pernah merasa lelah ketika kamu ingin bercerita. Di tengah malam waktunya istirahat, saat siang di sela-sela istirahatnya, atau di pagi hari sebelum Ibu memulai aktifitasnya, Ibu akan selalu siap menjadi tempatmu mencurahkan isi hati, setelah Allah Yang Maha Segalanya pastinya.

Ada yang punya pengalaman juga gimana ‘the power of mom?’ Kuy berbagi ceritanya 😄
____SELESAI___

***
Alhamdulillah dapat nutrisi tulisan dari teman.
Maaf sedikit edit, ya. Terus menulis. keep Fighting!


Rabu, 04 April 2018

Nin Wahyuni: IBU : Sosok Wanita Hebat

Nin Wahyuni: IBU : Sosok Wanita Hebat: (google.com)  Ibu adalah sosok penting dalam hidup kita. Seorang wanita yang telah mengandung kemudian melahirkan kita ke dunia. M...

IBU : Sosok Wanita Hebat



Image result for gambar sosok ibu hebat
(google.com) 

Ibu adalah sosok penting dalam hidup kita. Seorang wanita yang telah mengandung kemudian melahirkan kita ke dunia. Mengantarkan kita menjadi khalifah penerus generasi yang telah menuju purna. Islam begitu memuliakan keberadaan wanita, yang nantinya dari rahim merekalah lahir tunas-tunas penerus estafet kepemimpinan. Bukankah kita pernah mendengar bahwa wanita adalah tonggak peradaban? Atau bisa disebut juga pondasi pembangun peradaban bangsa? Yang nantinya akan melahirkan pemuda-pemudi tangguh yang siap mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sesuai fitrah, yaitu sebagai khalifah yang bertugas menjaga keseimbangan alam di muka bumi. 
Wanita yang kelak dipanggil “Ibu” adalah madrasah al-ula yang begitu dijaga kehormatan dan kemuliaannya oleh Islam. Kehadiran wanita tidak bisa dianggap remeh karena perannya akan mengantarkan pada Jannah yang selalu dirindukan orang beriman dan bertakwa. Dalam buku“ Wanita Berkarir Syurga”, bahwa kebahagiaan seorang anak adalah memiliki seorang ibu shalihah yaitu ketika ibu mendidik dan mengenalkan aqidah dengan ajaran-ajaran Islam yang benar kepada anaknya.
Mengutip pula perkataan Umar bahwa : laki-laki sukses itu dilihat dari dua hal, yang pertama siapa ibunya dan yang kedua siapa istrinya.
Ketika ada sahabat yang bertanya pada rasulullah tentang siapa yang berhak dihormati, beliau menjawab “ibumu” sebanyak tiga kali kemudian “ayahmu”. Hal ini membuktikan betapa tingginya penghargaan islam terhadap wanita yang telah menyandang predikat sebagai seorang Ibu. Tak pantaslah kita menghardik ataupun berkata kasar pada ibu yang telah mengandung selama 9 bulan 10 hari lamanya. Kemudian setelah lahir masih menjaga dan merawat kita agar tumbuh sehat. 
Berbicara tentang wanita hebat, tentunya kita harus belajar dari sosok-sosok ibu ummat yang tercatat dalam sejarah islam. Sebut saja Aminah ibunda Rasulullah, sosok wanita berhati mulia yang melahirkan Muhammad bin Abdullah sebagai rahmatan lil ‘alamin. Kehadiran Muhammad sang pembawa cahaya hidayah yang mengeluarkan manusia dari bahaya taghut dan kesesatan nyata.
Belajar dari Khadijah binti Khuwailid, sang Ummahatul mukminin, yaitu ibundanya orang-orang yang beriman. Ia adalah seorang ibu yang cerdas, ulet, mandiri, sangat setia, teguh, dan tentunya seorang wanita shalihah. Belajar dari Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shidiq berupa kecerdasan dan keluasan wawasannya tentang ilmu pengetahuan, yang menjadikan beliau sebagai rujukan berbagai ilmu.  
Kembali pada sosok wanita yang menyandang predikat “Ibu”. Kisah menyentuh hati datang dari sosok uwais Al-Qarni yang begitu memuliakan ibunya, hingga ia menjadi penduduk bumi yang sangat terkenal di penjuru langit. Ia merawat ibunya yang sudah lumpuh dengan sepenuh hati. Hal yang sangat mengena di hati adalah ketika Uwais Al-Qarni mengabulkan permintaan ibunya yang berkeinginan mengerjakan ibadah Haji. Ia menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekkah, hingga thawafpun sang ibu berada dalam gendongannya. Ketika sudah sampai di muka Ka’bah, Uwais berdoa kepada Allah memintakan ampunan dosa-dosa ibunya. 
"Bagaimana dengan dosamu sendiri?" kata ibunya. Uwais menjawab bahwa jika dosa ibunya terampuni, cukup ridho ibunya yang akan membawanya ke Syurga.
Betapa luar biasanya sosok wanita berpredikat Ibu dalam kehidupan kita. Maka benarlah ungkapan yang mengatakan “Syurga ada di bawah telapak kaki ibu”. Bahkan ada seorang anak yang sampai mencuci kaki ibunya untuk mendapat ridhonya. Ibu adalah pintu keberkahan dimana doa-doanya mudah terijabah.
Sebagai wanita, sudah siapkah kita menjadi sosok ibu hebat? Yang melahirkan dan mendidik putra-putri kita menjadi generasi panji yang siap membawa kedamaiaan di muka bumi? Mari bekali diri dengan ilmu yang menjadikan kita menjadi sosok wanita hebat yang berperan penuh mencipta generasi tangguh masa depan. Kemajuan peradaban bangsa dapat terlihat bagaimana cara seorang wanita (red-ibu) berhasil mendidik putra-putrinya dengan aqidah yang kuat.




Bantul, 3 April 2018