oleh: Nin Wahyuni
Resahkah yang membuatku sulit terpejam? Malam selalu
mencekam setiap aku hendak pejamkan mata.
Siapa yang menjadi hantu sekarang? Masa lalu kah? Atau masa depanku
kah?
Sepertinya aku harus kembali bertanya pada hatiku lagi.
Perihal masa lalu, aku sudah memaafkan diri sendiri. Tak lagi terbayang kesalahan yang membuatku sulit terpejam. Ya, sejak aku
berani membagi bebanku.
Berarti perihal masa depan. Mungkin seperti itu lebih tepatnya. Berkali-kali
aku berusaha mengusir kenyamanan yang ada padanya. Berkali-kali aku berusaha
tidak menghubunginya atau hanya sekedar mengirim pesan ,”Hay”. Hanya saja satu
kata darinya membuatku kembali ingin berlama-lama berbicara.
Aku takut semua kenyamanan itu hanya kembali menjadi kenangan. Kenangan
yang berkali-kali harus menjadi hal yang melukai, seperti sebelumnya.
Malamku menjadi resah. Tentang rasa takut, gelisah, dan racun
pikiran lainnya yang membuatku begitu mudah terbangun. Mendadak berbagai macam
pikiran diluar fokusku berdatangan. Menjelma monster-monster menakutkan.
Resah.
Ingin kuusir resah yang tiap kali membrondong pikiranku. Setiap kali
itu juga dia orang pertama yang aku hubungi. Hanya sekedar mengatakan “Aku
mulai merasa takut”. Hanya berkali-kali juga pesan itu tak banyak sampai
padanya.
Allah…bukan diri tak percaya takdir-Mu. Bukankah aku selalu mengadukannya
pada-Mu? Disetiap hening malam ketika Engkau membangunkanku. Berkali-kali meminta
hanya pilihan-Mu yang datang padaku.
Resah.
Aku begitu resah jika kembali terjatuh, dan aku lupa bagaimana
bangkit. Aku masih begitu rapuh mempertahankan imanku. Aku tidak ingin dia yang
kuanggap baik, menjadi sebab runtuhnya percayaku pada cinta-Mu—seperti sebelumnya.
Bantul, 20 April 2018—Menanti Hujan Reda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar