Rabu, 24 Oktober 2018

Cinta Terbaik dari Laki-Laki Terbaik : Calon Imamku



Hasil gambar untuk gambar bunga pernikahan 
Cinta terbaik dari laki-laki terbaik. Iya kamu. Kamu calon imamku. Laki-laki yang punya komitmen tinggi berani mendatangi waliku.Cintamu adalah yang terbaik dari siapapun yang pernah hadir di masa lalu.
Kamu pernah bilang bahwa serius itu hanya ditunjukkan ke waliku—yaitu bapakku. Dan kamu benar menepati janjimu. Wanita mana yang gak baper sepertiku? Baru berkenalan beberapa bulan, tanpa waktu lama berani datang ke rumah, dan tak berselang lama membawa orang tua. Ahhh betapa tak terduganya Dia menggantikan dengan sosokmu yang lebih baik. Sesuai dengan apa yang aku adukan pada-Nya tentang kriteria yang bisa membawaku ke Syurga-Nya.

Tinggal menghitung pergantian bulan dengan satu tangan, semua rasa yang masih rapi tersimpan akan buncah di hari akad yang begitu kunanti.
Terimakasih telah memilihku dari jutaan wanita yang ada, yang bahkan jauh lebih baik dariku. Aku adalah wanita paling beruntung yang kau pilih.
Ketika menikah nanti, mungkin aku belum bisa masak. Tapi, percayalah aku tidak akan membuatmu kelaparan. Aku akan belajar masak dari ibumu atau ibuku. Maka bersabarlah.
Ketika menikah nanti, aku belum bisa dandan yang cantik, yang bisa menyambutmu setiap pulang kerja. Bahkan aku tidak hafal alat-alat make up yang bisa memoles wajahku apalagi memakainya. Tapi, percayalah aku akan menjaga wuduku agar tetap teduh setiap kamu memandangku kala lelah. Perlahan aku akan belajar bagaimana berdandan untuk menyenangkanmu.

Ketika nanti sudah menikah, mungkin aku belum bisa melakukan banyak hal tentang bagaimana mengurus rumah. Tapi, percayalah bahwa aku akan berusaha membuat rumah tetap nyaman dan bersih, agar kamu bisa bersantai dan beristirahat usai lelah bekerja.
Ketika nanti kita menikah, dan aku belum bisa menyenangkanmu, tegur dengan caramu yang paling lembut. Aku lebih mudah memahami daripada ucapan penuh amarah.
Ketika nanti sudah menikah, dan mendapati aku belum baik bacaan ngajinya, tolong bimbing dengan penuh kasih sayang.

Jika aku belum bisa melakukan seperti apa yang kamu minta, luaskan kesabaranmu untuk membimbingku agar menjadi sosok yang layak bersanding denganmu.
Cintamu adalah yang terbaik, calon imamku. Bahkan sampai detik inipun kamu tidak pernah menuntutku dengan banyaknya “PR” bagaimana menjadi istri yang baik.
Semoga Allah mudahkanku memperbaiki diri agar hadirku adalah penyejukmu tanpa menunggu pintamu.

Bantul, 25 Oktober 2018~Kala Rindu Menyapa


Senin, 08 Oktober 2018

MERASAKAN CINTA



Tak perlu berfikir terlalu lama untuk memutuskan menerima niatan baikmu. Meski aku belum mengenalmu terlalu baik. Hanya saja, aku tak lagi takut memutuskan hidup bersamamu.
Bagiku, hanya laki-laki baik yang tak banyak beralasan ketika diminta datang ke orang tua wanita. Jadi, apa yang aku khawatirkan?

Bukankah hanya laki-laki baik yang berani mendekati seorang wanita untuk dinikahi? Bukan dipacari.
Hasil gambar untuk kasmaran
Bukankah hanya laki-laki baik yang tidak pernah berdalih dengan kata “ingin mengenal dulu dengan jalan pacaran”? mengenal tak perlu melalui jalan pacaran, pergi berdua, sering jalan bareng, dan apapun yang menjurus pada maksiat. Laki-laki yang baik tau cara terbaik untuk mengenal sosok wanita yang ingin dinikahinya.

Bukankah hanya laki-laki baik yang tidak membiarkan wanita menunggu? 2 tahun lagi. 5 tahun lagi. Atau sudah punya rumah dulu. Punya mobil. Dan lain sebagainya yang menunjukkan lemahnya komitmen dalam dirinya. Betapa menunjukkan keterpengecutannya.
Bagiku laki-laki baik adalah yang tak banyak janji menikahi. Tapi pembuktian siap menikahi.

Dan kamu, F
Semoga laki-laki baik itu adalah kamu.
Aku tak perlu takut ketika kembali “merasakan cinta” meski saat ini belum benar-benar tau apa itu cinta dan bagaimana rasa sesungguhnya.

Tapi, aku tidak pernah takut ketika aku jatuh cinta saatnya  nanti, saat kamu menjabat tangan ayahku dan mengucap ijab qobul.
Aku berdoa semoga kamu adalah anugrah terindah yang Allah berikan untukku.

F, mungkin aku harus berterimakasih pada ayahku yang mengizinkanmu bertamu ke rumah dan menerimamu dengan senang hati.
Wajah datar itu, aku pikir akan mempersulit kedatanganmu. Ternyata ayahku tak mempermasalahkan apapun tentangmu, juga keluargamu. Ayah hanya ingin yang terbaik untuk anaknya ketika yang datang memang baik agamanya juga akhlaknya, tak ada alasan tidak menerima.

Setelah hari itu tiba....

Aku ingin benar-benar bisa mencintaimu dengan sebenarnya. Begitupun kamu. Kuharap bisa mencintaiku dengan sebenarnya. Aku ingin bisa merasakan bagaimana romantis yang dicontohkan Rasulullah dengan istrinya. Melakukan hal-hal sederhana yang membahagiakan, dengan bonus pahala besar disisi-Nya.

F, kuharap kali ini aku merasakan cinta yang tak salah.

Bantul, 8 Oktober 2018_Badai Rindu_

Sabtu, 18 Agustus 2018

Tak Seharusnya Menyesal


oleh: Nin Wahyuni
Hasil gambar untuk ridho ketentuan Allah
Seringkali kita lebih banyak bershu’udzan daripada khusnudzan dengan ketentuan Allah. Kecewa memang ketika apa yang kita mau tak sejalan dengan takdir-Nya. Kehilangan yang menyakitkan, pengkhianatan yang tak termaafkan, juga kesedihan yang tak kunjung luruh.
Buka matamu...buka hatimu, karena Allah sedang menyelamatkanmu dari kehancuran dan derita yang akan jauh menyakitkanmu nanti. Bukankah Dia selalu mengawasi setiap gerak dan mengetahui bersit hati serahasia apapun? Meski cara-Nya terkadang tak sesuai keinginan kita.

Mungkin caranya membuat kita jatuh-sejauhnya. Sesakit-sakitnya. Bahkan terkadang bibir tak sadar mengeluarkan keluhan-keluhan, hingga kata-kata umpatan yang melampaui batas sebagai pelampiasan atas rasa kecewa yang mendera. Tentu semua itu tak sedikitpun dapat mengurangi beban rasa patah yang orang lain perbuat.

Bukankah berharap paling menyakitkan adalah berharap pada manusia?karena ketenangan dan kebahagiaan sejatinya adalah ketika kita menggantungkan sepenuhnya hidup kita kepada Dia Yang Maha segalanya.

Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 14, yaitu:
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”

Allah telah menciptakan kita dan Allah jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Allah mengetahui segala perkara ghaib yang tidak seorangpun memiliki kemampuan serupa.
Dalam sebuah kegagalan dari rencana-rencana matang yang sudah kita persiapkan, terkadang Allah sedang menegur kita yang merencanakan sesuatu tanpa menyertakan-Nya dalam setiap ikhtiar kita. Boleh jadi Allah sedang menghindarkan kita dari bahaya yang mengancam jiwa kita.

Tak seharusnya menyesal, ketika kita mampu mengambil pelajaran dari  kisah Ummu Salamah radhiyallahu’anha yang ditinggal wafat oleh suaminya Abu Salamah radhiyallahu’anhu, dia bertanya “siapa diantara seorang mu’min yang lebih baik dari Abu Salamah? Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah? Kemudian aku mengucapkan doa diatas (membaca istirja’)lalu Allah menggantikannya dengan Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam(Baca HR. Muslim no.918)

Jangan terburu mencela dengan adanya musibah yang menimpa diri kita. Bisa jadi Allah sedang menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita. Atau mungkin Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih baik untuk kita dan membawa kemashlahatan untuk orang lain. Sehingga tak perlu ada penyesalan yang menjadikan kita jauh dari Allah.

#Bantul, 18 Agustus 2018:Masih Euforia Hari Merdeka






Jumat, 13 Juli 2018

Tak Mampu Ungkapkan Rasa


Image result for tak mampu ungkapkan rasa
Oleh: Nin Wahyuni


Aku kembali pada titik balik  pertanyaan tentang iffah dan izzahku sebagai seorang wanita. Bagaimana pernyataan menjaga diri mampu kupertanggung jawabkan? Memang, dalam hidup ini selalu menawarkan pilihan, sekalipun pilihan itu tak memihak hati dan keinginan kita. Ada saat kita sendiri yang harus tegas pada hati kita untuk berhenti, walau tak ingin akhiri.

Mungkin tentang semua ketakutan atau segala prasangka yang tak kubiarkan bersarang dalam pikiran dan hati. Mungkin rasa yang kemudian membawaku pada hal bernama “galau”. Atau apapun itu. Berkali-kali hatiku berkata “jangan jatuh lagi. Kamu tak akan sanggup jatuh untuk yang kesekian kalinya”. Menunggu memang melelahkan, tapi aku mampu. Tapi cinta yang semakin tumbuh, dan rindu yang semakin berat? tidak bisa selalu aku bebankan pada hati, karena tak mampu ungkapkan rasa. Bahwa, aku ingin diperjuangkan. Aku ingin layak menjadi seseorang yang diperjuangkan dengan cara yang paling agung. 

Aku tahu setiap keputusan akan memiliki konsekuensi. Mungkin kembali patah atau sesuai harapan. Aku hanya ingin menghentikan segala macam pikiran jahat dan cengkraman prasangka dalam diri. Pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul dalam benak bermunculan dan menguasai alam pikirku.

Bagaimana cinta karena Allah tapi membiarkan waktuku habis memikirkannya? Bagaimana aku bisa dianggap menjaga ketika masih berlena dengan dirinya, walau kataku sudah membatasi dengan yang lain?

Atau…

Bagaimana bisa membiarkan diri selalu dalam gurauan dan candaan, sehingga kamu berfikir aku menjadi tak layak diperjuangkan?

Aku tidak bisa bersaing dengan banyak wanita diluar sana yang memiliki banyak kelebihan. Yang kapanpun bisa beralih pada mereka yang lebih dari segalanya. Aku sadar itu. Tidak ada wanita buruk rupa zaman sekarang. Tidak ada yang bodoh wanita zaman sekarang. 

Aku tidak ingin menjadi batu loncatan ketika rasaku telah dalam, tidak ingin hanya menjadi tempat persinggahan sementara pelepas lelah, tempat gurauan, atau apapun itu yang akhirnya membuatku jatuh.

Aku takut jatuh. Iya. Hanya itu.

Tapi…aku tak mampu ungkapkan rasa.

Siapapun, mengertilah.


Bantul, 17 Juli 2018*Renungan di hari sekolah H-2

Kamis, 05 Juli 2018

Luruskan Niat!



Oleh : Nin Wahyuni

Ketika banjir dengan pertanyaan “kapan nikah” akhir-akhir ini, aku cuma bisa jawab “doain aja” sambil melempar senyum.

Iya pengen. Pengen banget cepet nikah. Nikah sama seseorang yang Allah pilihkan, direstui kedua orang tua, orang yang aku semogakan, sholeh, penyayang, akhlaknya baik, lainnya bonus misal; ganteng, mapan, minimal S1… nah loh? Kriterianya itu hlo kok maksa banget. Ya setiap orang bebas dong menentukan kriteria. Tapi bagiku bonusnya gak terlalu ngaruh sih asal sholeh dan mau sama aku. Hihi

Kalau ditanya “udah siap nikah?” aku pasti jawab “belum” sambil mewek. “kok statusnya baper dan galau?” ahh sebenernya aku gak sebaper dan segalau postingan statusku kok. Asli. Status cuma ikut-ikutan temen aja yang udah pada baper akut kebelet nikah. Aku mah santai (gak juga sih) tetep punya target.

Nikah itu kan tujuannya untuk ibadah. Nah, kalau cuma biar gak baper dan bisa jawab pertanyaan “kapan?” apa bedanya sama mainan pasar-pasaran anak kecil? Nikah gak serendah itu. Berat. Bisa gak tidur mikirin nikah (lebay).

Luruskan niat!

Ya, aku dinasehatin ibu kalau sudah ada yang berani datang ke rumah jangan dilarang. Nunggu aku siap kapan aku nikahnya? Itu kata ibu. Bener sih kalau ditanya siap nikah apa belum, jawabnya pasti belum terus.

Pernah ditanya tentang nikah sama temen yang udah nikah. Aku jawabnya mau perbaiki diri dulu. Ya intinya berbenah lah ya biar nanti suamiku gak nyesel nikah sama wanita sepertiku. Jawabnya bikin jantung nyesek. “Perbaiki diri” itu butuh biaya banyak katanya. Paham maksudnya? Terus dia bilang lagi, “ berbenah? Berbenah emang mau kemana?” ahhh penuh kiasan, tapi ada benernya juga sih. Jangan karena alasan gak syar’I menjadi sebab takut nikah. Nasehat dia ke aku, baiknya sama-sama aja biar enak. Ada yang saling mendukung. Wkwkwk yaudah aku mau nikah cepet kalau gitu..oopss…(sambil nutup mulut pakai tangan).

Ada kisah temanku sendiri yang dia belum siap nikah, ehhh kebablasan umur hampir kepala 3. Itupun dia bilangnya sebenernya belum siap, tapi ya mau gimana lagi? Akhirnya dia mau dijodohin sama teman ngajinya. Dia nikah diumur lebih dari 30 tahun. Aku gakmau. Huaaaaaaa (nangis Bombay). Makanya dari sekarang udah mikir keras jangan sampai kelewat umur bunga yang lagi subur-suburnya kembang.

Mulai sekarang udah sibuk sama buku-buku bekal sebelum nikah, kajian pra nikah, diskusi tentang nikah, dan yang pasti gak akan nglarang orang yang mau silaturahmi sekaligus ngomong serius sama bapak (udah sih. Hihi).

Tahap awal sudah dilalui. Tinggal nunggu Allah kasih keputusan kapan dia datang lagi, sambil berdoa yang terbaik dan semua yang baik-baik. Sering nitip ibu buat doain juga biar masnya datang lagi diwaktu yang tepat. Gak perlu cepat kok, tapi tepat waktu. Hehe.

Kan baru kenal? Kok cepet ambil keputusannya? Kalau kelamaan mikir namanya PHP. Gak enak banget di PHP. Terus gak ngenalin dulu gitu gimana kepribadiannya? Yang pacaran lama aja belum tentu tau gimana sifatnya loh(kata anak-anak jaman now). Sekarang aku gakmau ribet sih buat ngenalin orang. Tanya teman dekatnya, tanya aktivitasnya, croscek ke teman-temannya, siapa aja temannya, tantang berani gak ke rumah, minta pendapat ibu, minta pendapat teman-teman dekatku, minta pendapat keluarga, udah gitu aja cukup. Kalau keluarga bilang baik dan dianya mau lanjut ya aku gakkan nolak. Kalau dia serius, aku bisa apa? siapa tau dia adalah salah satu dari deretan doa-doa panjang yang sering aku panjatkan. Kalau sudah pilihan Allah, gak ada alasan untuk nolak kan? Karena pilihan Allah yang terbaik, siapapun itu.

Cinta? Jangan tanya soal cinta. Karena aku gaktau gimana rasanya cinta yang bener-bener perasaan cinta sebelum akad. Jadi nikah dulu baru nanti aku jawab soal cinta. Hehe tapi kalau masalah yakin, insyaAllah sudah.

Cinta itu datangnya dari Allah. Allah yang akan memberikan rasa cinta itu di tempat yang tepat, yaitu kalau sudah akad.
Jadi kalau mau nikah, lurusin niat dulu. Niat ibadah karena Allah.

Bantul, 5 Juli 2018#Antibaper#antimainstream#singelillahsampaihalal##



Selasa, 12 Juni 2018

Mendefinisikan Rindu



Oleh : Nin Wahyuni


Mendefinisikan rindu.
Rindu adalah suatu perasaan yang timbul didalam hati. Perasaan yang dalam untuk bertemu, melihat, mendengar, dan merasakan detak jantung yang dirindui. Bisa juga diartikan sebagai perasaan menggebu dalam hati yang menimbulkan rasa gelisah. Terkadang menimbulkan tanya sepihak tentang orang yang dirindui. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, “Apakah orang yang dirindui juga merasakan rindu yang sama?” “Apakah orang yang dirindui berada satu frekuensi yang sama dengannya?” itu pertanyaan sulit ketika rindu tak terkata.

Perasaan rindu itu manusiawi. Setiap orang pasti merasakan rindu. Rindu orang tua, sahabat, teman, pasangan, atau bahkan rindu pada suatu keadaan tertentu yang kini tidak dirasakan lagi. Apapun itu, tetap rindu yang haqiqi adalah pada-Nya. Hanya pada-Nya sebenar rindu itu bermuara dan memberi kebahagiaan pada hati yang penuh tanya.

Mungkin rindu yang aku definisikan terlalu sempit untuk dipahami, setidaknya aku tahu harus kukemanakan rinduku ini, yaitu mengubahnya menjadi doa-doa pelan penuh harapan. Atau meminta-Nya untuk meredam semua harapan agar jika tak sesuai harapan, rindu itu takkan melukai pada akhirnya. Dari semua yang pernah kualami, ini saatnya aku belajar untuk tak lagi mendekte-Nya perihal apa yang aku semogakan--sekalipun rindu itu ingin sekali terbalas. 


Bantul, 12 Juni 2018__Malam Penuh Rindu


Sabtu, 26 Mei 2018

Menebus Waktu


Image result for coklat panas di cafe
Oleh : Nin Wahyuni

“Kamu butuh istirahat,” katamu tiba-tiba sambil memandangku lekat. Kemudian kembali menikmati kopi pekatmu yang panas.
“Lihat, betapa lelahnya dirimu,” katamu lagi sembari meletakkan kopi pekatmu. Beralih menatapku yang tak menanggapi celotehmu. Aku hanya tersenyum membalas tatapanmu. Tatapan yang tak pernah kulupakan seumur hidupku, sejak kali pertama kita bertemu. Kamu tak pernah berubah. Selalu hangat dan meneduhkan perasaanku.

Itulah sebabnya, aku selalu berkali-kali rela menjatuhkan diri dalam pelukan rindu. Merindukan pertemuan-pertemuan yang hangat seperti ini. Menikmati tatapan mesra dan baritone suaramu.

Aku selalu percaya bahwa dirimu yang mampu lengkapi rasa. Yang setiap bertemu selalu menyisakan gema  rindu di relung hati.
“Aku hanya ingin menebus waktu,” kataku sambil mengaduk-aduk secangkir coklat panas di hadapanku.
“Apa yang mau kamu tebus? Hingga rela mengorbankan waktu-waktu istirahat, juga pertemuan kita,” katamu meragu.
“Menebus semua kesepian dan ketakberdayaanku waktu itu. Aku yang rela mengorbankan semua untuk seseorang yang bahkan dia sedikitpun tak berhati padaku. Bahkan demi seseorang aku mengabaikan Dia yang sudah memberiku kehidupan sesempurna ini. Aku baru menemukannya. Menemukan kehidupanku yang benar-benar harus kuperjuangkan. Agar semua yang kujalani tidak hambar dan sia-sia, bukan?”
“Tapi, tidak perlu sekeras itu kamu memaksakan tubuhmu menebus semua yang pernah menjadi penyesalanmu,” katamu dengan wajah serius.
“Sebenarnya bukan pemaksaan atas apa yang sudah kulakukan. Hanya saja, kebahagiaan yang tak tampak ini, masih gagal membuat tubuhku beradaptasi. Yang perlu kaulihat adalah hatiku. Hatiku yang selalu bahagia karena sekalipun aku takkan bisa menebus waktu yang terlewatkan, setidaknya dilangkah baruku, aku bisa memperjuangkannya dengan lebih baik.” Aku terus meyakinkanmu bahwa aku baik-baik saja dengan kelelahanku saat ini. Satu hal yang ada pada dirimu, dan tidak ada pada diri lelaki manapun yang pernah kukenal—yaitu, kamu selalu ada, tak pernah jemu mendengar semua ceritaku.

Hening. Seketika hening menghabiskan sisa kopi pekatmu yang penuh filosofi kehidupan, juga coklat panasku yang selalu memberi kehangatan seperti cintamu.
“Apa lagi yang ingin kamu tebus setelah ini?” katamu kemudian.
“Berusaha menjadi Khadijah,” balasku cepat. Kemudian tertunduk menyimpan malu. Kamupun tersenyum.
“kenapa?” godamu.
“Khadijah adalah wanita sempurna. Sosok mulia yang begitu aku idolakan. Dia wanita penuh kasih sayang, kelembutan, dan cinta. Aku ingin seperti dirinya,” kataku melempar pandang kearahmu. Wajahmu masih saja teduh, sekalipun di luar hujan sedang turun dengan derasnya.
“Boleh aku menebus waktu bersamamu?” katamu yang menatapku penuh arti. Aku menunduk semakin dalam. Menyembunyikan mataku yang sudah berembun karena percakapan kita yang terlalu jauh.
“Kamu tidak perlu menjadi Khadijah karena rasa takutmu tentang banyak hal yang pernah kamu alami. Cukup menerimaku menjadi teman perjalanan yang membersamaimu. Saling melengkapi. Dan menembus waktu bersama agar di Syurga kita dipersatukan kembali,” katamu dengan begitu romantis. Tak kuasa air mataku berderai mengalahkan deras hujan di teras Café.

Bantul, 27 Mei 2018—Merindukan Hujan di Bantul—Terinspirasi dari Aita Coffee Long and Java Milk

Kamis, 03 Mei 2018

Senja



oleh : Nin Wahyuni

Inginku sederhana. Bersamamu. Hanya itu.

Bisakah kau mewujudkannya?

Atau terlalu muluk semua harapan itu? aku hanya ingin menikmati senja bersamamu. Menikmati arakan mega-mega di langit sana. Kemudian menyaksikan ke-Maha Besaran-Nya bersamamu dengan iringan doa-doa menjelang petang.

Kau tau, aku ingin menanti petang dan melihat Dia melukis langit-Nya dengan keindahan lain. Dengan pijar rembulan diantara bintang-bintang, misalnya.

Aku ingin tersadar bahwa, senja mengajarkan kehidupan yang begitu singkat. Jadi, bolehkah aku meminta membersamai senjamu bersamaku? Dan bisakah membawaku lebih abadi lagi? Kebersamaan hingga Syurga-Nya tentunya.


Bantul, 4 Mei 2018—Penikmat Senja

Rabu, 02 Mei 2018

Pertemuan-Pertemuan Indah


Oleh : Nin Wahyuni

Pertemuan adalah ketika engkau tak sengaja berjumpa seseorang di perjalanan, di toko buku, di rumah makan, atau di setiap sudut kota yang kau singgahi.

Pertemuan selalu indah karena kau bisa belajar banyak hal. Meski terkadang beberapa dilalui dengan pertengkaran kecil dengan orang-orang yang menyebalkan. Its all, ambil aja hikmahnya. Kau hanya perlu pusatkan pada prasangka baik, agar yang kau temui adalah kebaikan.

Jika kau bertanya mengapa harus ada pertemuan, kemudian ada perpisahan yang menyakitkan? Pusatkan pikiranmu untuk memandang ke langit luas, “Allah sudah mengatur hidupmu dengan begitu sempurna” kemudian tundukkan kepala dan katakan “Aku sungguh tidak tahu apa-apa perihal rencana-Nya”.

Terkadang kita hanya kurang bersyukur dan kurang bersabar menghadapi kehidupan ini. Jika kau tak bisa bersabar saat ini, apakah kau bisa bersabar dengan kehidupan dengan kelelahan abadi?

Seperti yang pernah kudengar dari seorang penceramah tersohor bahwa, “dunia ini ibarat gambar, sedangkan akhirat adalah aslinya”. Bisa dibayangkan, kan? Seindah apapun dunia ini, ya yang kita lihat hanya sebatas gambar. Lalu untuk apa terlalu bekerja keras di dunia hingga melupakan akhirat? Bukankah seluruh aktivitas kita di dunia hanya untuk menunggu waktu shalat?

Jangan terlalu lekat menyimpan dunia di hati, karena kau akan menjadi culas dan lupa diri. Tidakkah kau ingin dengan ‘pertemuan-pertemuan indah’? tak ingin kah bertemu dengan Rabbmu dengan keadaan memancarkan kebahagiaan?

Banyak orang salah jalan karena ketidakmampuannya menemukan arah. Atau mungkin, enggan berjalan pada roda kebenaran yang sedikit orang singgahi?

Sepertiny kita harus mendengar sepenggal pelajaran yang disampaikan Buya Hamka bahwa “Kita memang hanya akan dipertemukan, dengan apa-apa yang kita cari”.


Bantul, 2 mei 2018—Renungan—nasehat diri sendiri

Selasa, 01 Mei 2018

Jempretan Senja: Khayalanku Bersamamu



 Oleh    : Nin Wahyuni


Sore ini, aku memotret senja. Begitu indah dengan jepretan amatiranku. Cukuplah untuk melambungkan khayalanku bersamamu.

Aku berkhayal bisa memandang senja bersamamu. Aku ingin bersandar di bahumu, kemudian mendengarmu bercerita banyak hal tentang Yang menciptakan keindahan. Aku ingin mendengar banyak tentang Dia yang sudah melukis indah kanvas langit dengan begitu menawan. Aku yakin, kamu takkan keberatan, kan?

Untukmu yang kusemogakan, bawa aku lebih dekat mengenal-Nya. Agar aku bisa mencari arti kebahagiaan sesungguhnya.

Aku ingin melihat banyak hal yang indah tentang-Nya. Tentang yang sudah Dia ciptakan dengan kesempurnaan. 

Bolehkah aku meminta? Maukah kamu memandang senja bersamaku dikehidupan mendatang?



Bantul, 1 mei 2018—Senja Hari Ini

Kamis, 26 April 2018

Jalan-Jalan Sore: Doa-Doa Romantis



Oleh : Nin Wahyuni

Alhamdulillah masih punya lupa. Lupa kalau hari ini gak ada jadwal ngeles Adelia. Sampai gerbang rumahnya dia kaget, “Loh, hari ini les, Mbak?” kata Adel kaget. Dahiku berkerut dan cuma keluar kata “Ooopss” sambil nyengir. Tapi dia anak yang sholehah kok jadi gak nyuruh aku pulang.hehe

Aku datang, dia agak cemberut karena bukan jadwal les. Tantenya bilang, “Yaudah nanti keluar aja main sama Mbak Ning”. Mendadak raut wajahnya jadi ceria. Dia langsung mandi, dandan cantik, dan nyiapin perbekalan buat jalan-jalan. Kubilang mau Wa ibunya dulu buat izin, tapi kata tantenya gakpapa gak usah.

Yaudah deh kita akhirnya nyepeda romantis. Walau dengan beribu keribetan yang ada—rok, sepeda cowok, tinggi pula sepedanya.

Kita menyusuri jalanan sawah dengan medan yang menegangkan. Cukuplah memacu adrenalin biar lebih berdebar, ditambah acara nyasar ke jalan buntu. Akhirnya puter arah, yang ternyata juga salah jalan karena dimana-mana ada anjing. Mau puter pulang gak boleh. Katanya mau ke sawah liat pemandangan. Iya deh diturutin maunya biar gak cemberut lagi.

Sampai sawah. Maasya Allah hijaunya gak nguatin. Anginnya sejuk banget. Dan tetiba lapar menyerang karena perjalanan jauh yang menegangkan.

(Adegan romantispun dimulai)
Lagi duduk di pinggir sawah.
“Mbak Adel, kalau udah kelas 3 Mbak Ning gak ngajar lagi gimana?”
“Kenapa Mbak Ning?” dengan polosnya.
“Mbak Ning takut gak bisa ngajar materi Mbak Adel lagi. Nanti diajarinnya sama yang lain ya?” dia langsung ngliat ke aku dengan tatapan bete.
“Gak mau. Nanti bilang sama Mama kalau Mbak Ning gak ngajar dijemput ke rumahnya.”
“Mbak Ning gak bisa galak kalau Mbak Adel lagi ngeyel belajar,” kataku masih cari-cari alasan.
“Yaudah nanti Mbak Ning jadi galak aja kalau gitu,” jawabnya sambil nyengir.

Yaaa...kata “pamit” selalu menjadi hal terberat yang diucapkan. Karena melepaskan sesuatu itu tidak mudah, butuh hati yang tega untuk mengucapkannya. Sama seperti waktu pamitan sama Ibu yang di UPY. Aku pamit gak ngajar lagi karena jarak dan karena tugasku menjadi tentor pengganti sudah selesai. Tapi Ibu itu gak nglepasin tanganku sebelum aku menarik kembali keputusanku.

Sama…Adel juga gitu. Berkali-kali aku baper lagi. Baper sama hidupku. Mereka takut dilepaskan, sedangkan aku berkali-kali dilepaskan(mendadak sedih). Bukankah dengan melepaskan akan mendapat yang lebih baik? Itu yang selalu aku percaya, sehingga bisa setegar sekarang dengan apapun takdir-Nya (kok mendadak Mellow sihL).

Doa-doa romantis. Bukan Adel namanya kalau gak pernah berdoa yang romantis.
“Kalau Mbak Ning nikah gimana? Terus gak dibolehin ngajar Mbak Adel? Kan katanya tahun ini Mbak Ning nikah,” kataku masih menggoda. Dia diam.
“Yaudah doain suami Mbak Ning nanti laki-laki sholeh jadi ngizinin ngeles Mbak Adel terus deh,” rayuku.
“Ya Allah semoga Mbak Ning jodohnya laki-laki sholeh, penyayang, ganteng, dan ngebolehin ngajar aku lagi. Semoga Mbak Ning nikahnya pas Mbak Ning ulang tahun 2018.”
Nah loh? Ada akselerasi doa lagi. Selalu begitu. Tapi yang pasti, doanya selalu romantis dan manis sekali. Semoga Allah mengabulkan doa-doamu yaJ

#Bantul, 25 April 2018#doa-doa romantis—seromantis harapanku yang manis
#Sekali-kali lebay deh.wkwkwkwk