Sabtu, 18 Agustus 2018

Tak Seharusnya Menyesal


oleh: Nin Wahyuni
Hasil gambar untuk ridho ketentuan Allah
Seringkali kita lebih banyak bershu’udzan daripada khusnudzan dengan ketentuan Allah. Kecewa memang ketika apa yang kita mau tak sejalan dengan takdir-Nya. Kehilangan yang menyakitkan, pengkhianatan yang tak termaafkan, juga kesedihan yang tak kunjung luruh.
Buka matamu...buka hatimu, karena Allah sedang menyelamatkanmu dari kehancuran dan derita yang akan jauh menyakitkanmu nanti. Bukankah Dia selalu mengawasi setiap gerak dan mengetahui bersit hati serahasia apapun? Meski cara-Nya terkadang tak sesuai keinginan kita.

Mungkin caranya membuat kita jatuh-sejauhnya. Sesakit-sakitnya. Bahkan terkadang bibir tak sadar mengeluarkan keluhan-keluhan, hingga kata-kata umpatan yang melampaui batas sebagai pelampiasan atas rasa kecewa yang mendera. Tentu semua itu tak sedikitpun dapat mengurangi beban rasa patah yang orang lain perbuat.

Bukankah berharap paling menyakitkan adalah berharap pada manusia?karena ketenangan dan kebahagiaan sejatinya adalah ketika kita menggantungkan sepenuhnya hidup kita kepada Dia Yang Maha segalanya.

Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 14, yaitu:
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”

Allah telah menciptakan kita dan Allah jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Allah mengetahui segala perkara ghaib yang tidak seorangpun memiliki kemampuan serupa.
Dalam sebuah kegagalan dari rencana-rencana matang yang sudah kita persiapkan, terkadang Allah sedang menegur kita yang merencanakan sesuatu tanpa menyertakan-Nya dalam setiap ikhtiar kita. Boleh jadi Allah sedang menghindarkan kita dari bahaya yang mengancam jiwa kita.

Tak seharusnya menyesal, ketika kita mampu mengambil pelajaran dari  kisah Ummu Salamah radhiyallahu’anha yang ditinggal wafat oleh suaminya Abu Salamah radhiyallahu’anhu, dia bertanya “siapa diantara seorang mu’min yang lebih baik dari Abu Salamah? Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah? Kemudian aku mengucapkan doa diatas (membaca istirja’)lalu Allah menggantikannya dengan Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam(Baca HR. Muslim no.918)

Jangan terburu mencela dengan adanya musibah yang menimpa diri kita. Bisa jadi Allah sedang menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita. Atau mungkin Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih baik untuk kita dan membawa kemashlahatan untuk orang lain. Sehingga tak perlu ada penyesalan yang menjadikan kita jauh dari Allah.

#Bantul, 18 Agustus 2018:Masih Euforia Hari Merdeka






Tidak ada komentar:

Posting Komentar