Sabtu, 27 Februari 2016

Untukmu Ayah


Waktu membuatku mengerti arti sebuah kasih sayang yang luar biasa, yang datang dari tangan kekar, dan dari bahu tegar. Tempatku, Ibu, dan adik-adikku bersandar.

Dari terik yang kian menyengatkan kerasnya kehidupan. Kau, tetap berdiri kukuh, dengan bahumu yang tegar, yang siap menopang beban.

Aku menyebutnya ayah.
Pahlawanku, pelindungku, juga separuh jiwaku.

Kau bisikkan melalui cucur keringatmu, kata pelecut jiwa “Jangan takut, tetaplah berjalan tatap masa depan”

Tak jarang tubuh ini membiru karena tanganmu. Juga rambutku yang pedas terjambak kuat jarimu.
Dulu, aku menyebutmu ayah yang kejam. Ayah yang bengis, yang kerap menyiksaku.
Kini…aku menyebutnya kasih tiada batas. Cinta yang tiada bertepi. Karenamu, kini aku menjadi wanita tangguh. Menjadi sosok yang tegar menghadapi tandusnya iman, yang berkelindan di sekelilingku. Jika bukan karena keras usahamu, aku tidak mungkin mencecap indahnya pendidikan tinggi, juga cahaya keimanan yang kini menyesap ruang gelap hatiku.

Ayah…
Aku bukan lagi gadis kecilmu yang penuh kejahilan. Juga bukan lagi gadis yang suka bersenang-senang dengan cucuran keringatmu. Yang tertawa diatas wajah lelahmu.

Untukmu ayahku…
Segenap cinta yang tiada sanggup terucap dari bibirku, tapi sungguh aku ingin kecup keningmu dalam lelap tidurmu dimalam hening. Juga, inginku titikkan airmata disetiap doa di malam penuh cahaya, agar Allah merahmatimu. Aku berdoa agar Allah senantiasa memberimu kesehatan dan umur panjang. Semoga Allah menyayangimu, ayah. Menuntun jalanmu, agar tak terseok dalam kegelapan. Dan, izinkan tanganku merengkuhmu kala renta kian mendekatimu.

Untumu ayah…
Aku sungguh mencintaimu
Kuingin berbakti padamu
Walau dunia tak lagi menjadi tempat berpijak
Dimanapun, kuingin selalu menemukanmu


~~25 Februari 2016, sekecup cinta untuk ayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar