Allah selalu tahu dimana Dia mengujiku—yaitu tepat di
hatiku, bagian terapuh jiwaku. Terkadang, kaki ini berat untuk melangkah. Takut
untuk melihat ke angkasa, dimana letak impian dan cita-cita tergantung tanpa pengait.
Juga, terkadang takut untuk melangkah pada anak tangga di depan mata.
Sungguh…terkadang ujian-Nya melipat keberanianku. Bahkan,
meremas mimpiku menjadi bola kertas tak berarti. Tapi, disitulah, dimana aku
harus banyak merenung—karena aku yakin, setiap cobaan pasti ada hikmah di
baliknya. Mungkin itulah cara Allah mendidik mentalku menghadapi kerasnya
kehidupan.
…Fa inna ma’al ‘usrii yusraa. Inna ma’al ‘usrii yusraa…
Sungguh, setelah kesulitan itu kemudahan, kata Allah. Hanya
terkadang, sulit untuk menguatkan hati yang rapuh. Hingga aku berfikir, mengapa
aku harus bersedih? Mengapa aku selalu menganggap segala hal yang terjadi
padaku tidak adil? Padahal Allah sudah memberikan rezeki pada setiap makhluk
yang hidup, juga pemilik Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Tidak mungkin Allah membiarkan
hambanya terlantar dalam pengembaraan ini.
Air mata cinta.
Mungkin itu yang Dia rindukan dariku. Merindukanku datang disepertiga
malam-Nya yang hening. Dimana, Dia ingin melihatku, mendengarku, juga rintihan
tangisku. Dia ingin aku mengetuk pintu-Nya pada akhir malam. Karena, Rahmat dan
ampunan-Nya sedang di turunkan bagi hamba-hambanya yang terjaga—disepertiga
malam.
Sekali lagi, Allah selalu ingin aku datang dan mendengar curhatanku.
Pun, aku rindu, dimana air mataku tumpah di atas sajadah,
di panjang sujudku. Aku rindu dekapan kasih-Nya yang melunakkan kesombonganku. Bahwa,
aku tak lebih dari debu yang beterbangan.
Hanya Allah…Allah lagi…Allah terus…
~~Bantul, 19 Februari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar