Sabtu, 27 Februari 2016

Air Mata Cinta


Allah selalu tahu dimana Dia mengujiku—yaitu tepat di hatiku, bagian terapuh jiwaku. Terkadang, kaki ini berat untuk melangkah. Takut untuk melihat ke angkasa, dimana letak impian dan cita-cita tergantung tanpa pengait. Juga, terkadang takut untuk melangkah pada anak tangga di depan mata.
Sungguh…terkadang ujian-Nya melipat keberanianku. Bahkan, meremas mimpiku menjadi bola kertas tak berarti. Tapi, disitulah, dimana aku harus banyak merenung—karena aku yakin, setiap cobaan pasti ada hikmah di baliknya. Mungkin itulah cara Allah mendidik mentalku menghadapi kerasnya kehidupan.
…Fa inna ma’al ‘usrii yusraa. Inna ma’al ‘usrii yusraa…
Sungguh, setelah kesulitan itu kemudahan, kata Allah. Hanya terkadang, sulit untuk menguatkan hati yang rapuh. Hingga aku berfikir, mengapa aku harus bersedih? Mengapa aku selalu menganggap segala hal yang terjadi padaku tidak adil? Padahal Allah sudah memberikan rezeki pada setiap makhluk yang hidup, juga pemilik Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Tidak mungkin Allah membiarkan hambanya terlantar dalam pengembaraan ini.
Air mata cinta.
Mungkin itu yang Dia rindukan dariku. Merindukanku datang disepertiga malam-Nya yang hening. Dimana, Dia ingin melihatku, mendengarku, juga rintihan tangisku. Dia ingin aku mengetuk pintu-Nya pada akhir malam. Karena, Rahmat dan ampunan-Nya sedang di turunkan bagi hamba-hambanya yang terjaga—disepertiga malam.
Sekali lagi, Allah selalu ingin aku datang dan mendengar curhatanku.
Pun, aku rindu, dimana air mataku tumpah di atas sajadah, di panjang sujudku. Aku rindu dekapan kasih-Nya yang melunakkan kesombonganku. Bahwa, aku tak lebih dari debu yang beterbangan.
Hanya Allah…Allah lagi…Allah terus…

~~Bantul, 19 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar