Jumat, 10 November 2017

Menjadi Guru Now untuk Siswa Now, Its My Challenge!


Image result for gambar guru hebat


Menjadi guru bagiku bukanlah hal yang masalah. Semua karena memang sudah cita-cita dan doa yang selalu terpanjatkan dari kedua orang tua. Bahkan menemui siswa yang “luar biasa” bukanlah hal baru. Apalagi, ditempatku mengajar siswanya kebanyakan adalah siswa-siswa yang”luar biasa”. Itu tidak masalah bagiku. Tapi, administrasi guru yang semakin ketat dan kompleks terkadang menjadi beban tersendiri (Aarrgghhh….curhatan guru baru yang sudah ditagih kelengkapan administrasi plus perangkat mengajar. hhe). Alhasil, administrasi dalam proses OTW yang entah kapan akan diselesaikan.
Tugas guru saat ini tidak hanya berada di kelas, tapi juga di luar kelas masih membawa seabreg tugas. Belum lagi kalau ada kegiatan lain di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang biasanya punya proker, contoh MGMP ISMUBA yang belum lama mengadakan Workshop, kepanitiaan UTS, dan Manasik Haji (kebetulan jadi sekum). Perjuangannya sungguh luar biasa. Harus pandai membagi waktu. Semua demi kemajuan dan pertumbuhan ISMUBA yang baik kedepannya.
Terlepas dari itu…ketika kembali ke sekolah harus kembali fokus dengan sajian yang ada di sekolah—anak-anak yang luar biasa, jadwal mengajar fullday, dan jika ada ekstrakurikuler, penuhlah tugas guru. Sedangkan, guru juga manusia sosial yang perlu untuk bergaul dan berkumpul dengan masyarakat. So, menjadi guru now itu sungguh tantangan yang luar biasa. Manajemen waktu kudu diperhatikan dan diatur sedemikian rupa agar tetap bisa bersosialisasi.
Kembali pada permasalahan awal. Tantangan guru di masa depan semakin kompleks. Ketika siswa sudah generasi 21, jangan sampai guru tidak beranjak dari tahun 90an atau bahkan lebih mundur lagi. Jadi apapun yang terjadi, guru harus selalu update informasi dan canggih teknologi. Guru juga tidak cukup hanya membuat siswa bisa CALISTUNG saja. Tapi harus bisa melampaui ketiga hal tersebut. Seperti azaz dasar mengajar yang diajarkan Bobby DePorter bahwa Masuklah kedunia mereka dan bawalah mereka keduniamu. Kurang lebih seperti itulah yang dikatakan Pak atau Bu Bobby yang saya tidak terlalu memperhatikan jenis kelaminnya (intermezzo.hhh). Intinya, kita perlahan seolah melibatkan diri dalam kehidupan mereka. Menyentuh kehidupan mereka dan memperoleh izin memimpin adalah hal terbesar dan berharga yang tak boleh disia-siakan sedikitpun. Setelah itu, bawalah mereka ke duniamu dan masa depannya yang penuh dengan tantangan. Bangunkan. Sadarkan. Bahwa, kehidupan dimasa depan tak pernah bisa diprediksi. Ketika generasi tidak bisa survive, yang ada hanyalah menjadi kapas yang terbang tanpa arah. Mudah kabur kesana kemari tanpa tahu harus berbuat apa selain putus asa dan menyerah.
Its Challenge! Bahwa tidak mudah menjadi guru. Ibarat petani, jika salah perhitungan dalam menanam palawija atau biji-bijian lain, yang ada hanyalah diserang hama. Jika perhitungan matang dan perawatan tanaman diperhatikan dengan pemberian pupuk dan penyemprotan hama, hasilnya rata-rata baik. Hasil panen bisa melimpah dan memberikan keuntungan bagi petani dan konsumen yang bergantung hidup dengan petani. Meski untuk melakukan semua itu, pastilah ada perjuangan berupa kesabaran dan keikhlasan dalam kurun waktu yang tak sebentar. Jika itu murid, ibarat kita sedang menanam biji dan berusaha menumbuhkannya dengan siraman ilmu yang setiap hari dibubuhkan. Perlu adanya kesabaran dan keikhlasan untuk melakukannya. Karena, keberhasilan seorang guru adalah ketika melihat biji yang ditanam dan dirawatnya akan tumbuh menjadi sesuatu yang bermanfaat. Setidaknya, harapan sederhana seorang guru adalah, biji yang ditanamnya bisa survive menghadapi pergantian musim yang tidak menentu. Seperti halnya siswa yang suatu saat terjun kedunia nyata, mereka bisa survive dengan perubahan dengan siklus cepat. Perihal menjadi apa dan siapa adalah urusan dia dan Dia.
Menjadi guru now untuk siswa now? Its Challenge! Meskipun yang kulakukan belumlah sehebat itu, setidaknya aku berusaha belajar untuk memperbaiki diri dan mencoba menjadi teman terbaik untuk siswaku. Menjadi teman berbagi keluh kesah mereka, dan sedikit demi sedikit membawa mereka ke duniaku  dan dunia masa depan. Allahu’alam.

***Bantul, 10 November 2017—Hari Pahlawan—semangat berjuang guru-guru hebat





Jumat, 03 November 2017

Jatuh


Oleh: Nin Wahyuni
Image result for gambar pelari

Jatuh? Setiap orang pasti pernah mengalami jatuh. Mengalami kesakitan yang luar biasa. Mengalami pupus harapan. Juga, mengalami depresi dan stress—tersebab jatuh. Ada luka yang menganga begitu dalam. Ada darah yang tak memancar keluar—lebam membungkus luka.
Terkadang itu semua yang menjadikan diri lebih kuat dari sebelumnya. Lebih tangguh dari sebelumnya. Dan, belajar arti kerelaan. Disaat itulah, kita mengakrabi jatuh untuk bangkit. Move up menjadi pribadi tegar dan tahan banting—dengan kembali pada pemilik hati—Allah.
Saat jatuh…be strong!
Saat jatuh…marathon! Marathon dengan target-target mimpi yang harus dicapai. Buktikan, bahwa jatuh tak akan membuatmu lumpuh, tapi semakin kuat berlari pada-Nya—yang mungkin selama ini terlalaikan. Nikmati gejolak rasa yang mengaduk-aduk ingatan lalu, yang menyesakkan, yang menguraikan lagi air mata. Tapi ingat, jangan hilangkan rasa syukur pada-Nya. Dia tahu kita mampu lewati. Dia hanya menguji sebesar apa rasa ikhlas menjalani takdir-Nya.
Jangan menyerah…hadapi…lawan…syukuri…
Kita tidak pernah sendiri, selama kita punya Allah. Dia yang akan menyembuhkan luka setelah dianggap cukup segala coba-Nya. Jangan pernah abaikan orang-orang yang menyayangi kita, hanya karena orang yang telah membuat kita jatuh dan sakit.
Mencobalah untuk bangkit dari sakit, lelehan air mata, benci, dendam, dan apapun tentang luka.
Jadilah kuat, dan selamat berjuang dari “jatuh”.

***Bantul, 3 November 2017***




Senin, 04 September 2017

Akhlak Tak Selebar Khimarku



Oleh        : Nin Wahyuni


Image result for kartun muslimahHijrah…bukan hanya berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Lebih dari itu, yaitu berproses. Proses sebuah perwujudan menjadi lebih baik, menjadi lebih makna menjalani kehidupan, juga segala hal yang mengarahkan pada kebaikan.
Akhlak tak selebar khimarku.
Ketika aku menuliskan judul tersebut, aku berulang kali merenung. Memang, perjalanan hijrahku telah membuat pakaian dan khimarku benar-benar berubah. Dari yang memakai rok di atas lutut, jeans pensil, baju tanpa lengan, baju ketat, dan lainnya yang jahil. Kemudian bertranformasi menjadi wanita berkhimar karena seringnya mengikuti pengajian, juga karena ketertarikan pada dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Yah, aku suka mendengarkan sesuatu yang baik. Perkataan yang baik. Walaupun belum tentu teraplikasi dalam kehidupanku, setidaknya aku tidak menolak orang menyampaikan kebaikan di telingaku . Lagi-lagi…aku hijrah. Menjadi ukhti dengan khimar lebar, dengan gamis yang menyentuh tanah, dan berkaos kaki.
Sekali lagi, akhlak tak selebar khimarku. Akhlak tak terpancar dari lebarnya khimar dan lebarnya pakaian yang dikenakan. Aku sadar itu. Untuk mendefinisikan akhlaq, aku harus kembali menyibak buku kuliah mengenai akhlaq. Bahwa akhlaq adalah budi pekerti, perangai, atau tabiat. Dan Rasulullah diutus Allah pertama kali untuk menyempurnakan akhlaq manusia.
Mengapa akhlaq dan bukan yang lainnya?
Kembali kupahami, bahwa akhlaq sangat dibutuhkan karena untuk sebuah kedamaian dan keserasian. Akhlaq adalah fondasi menjadi manusia yang baik untuk mencapai derajat mulia disisi-Nya. Akhlaq tidak hanya mengatur tata aturan berhubugan dengan manusia, tetapi juga mengatur hubungan dengan Tuhannya, bahkan dengan alam semesta sekalipun—karena hidup butuh keharmonisan.
Akhlak tak selebar khimarku. Memang.
Butuh durasi waktu yang lebih panjang dan perenungan dalam untuk memaknainya, kemudian memakainya sebagai pakaian sebenarnya.
Jangan pernah menilai dari lebarnya khimar seseorang, karena khimar tak bisa disamakan dengan kadar akhlaq yang dimiliki seseorang. Setidaknya, dia sudah menunjukkan ketaatan pada Rabb-Nya—untuk menutup aurat.
Untuk yang membaca tulisanku, kuharap kalian mendoakan perbaikan akhlaqku ketika khimar tak bisa melindungiku dari berbuat kesalahan.

***Muhasabah Selepas Dinginnya Shubuh. Bantul, 4 September 2017***