
Menjadi guru bagiku bukanlah hal yang masalah. Semua karena memang
sudah cita-cita dan doa yang selalu terpanjatkan dari kedua orang tua. Bahkan menemui
siswa yang “luar biasa” bukanlah hal baru. Apalagi, ditempatku mengajar siswanya
kebanyakan adalah siswa-siswa yang”luar biasa”. Itu tidak masalah bagiku. Tapi,
administrasi guru yang semakin ketat dan kompleks terkadang menjadi beban tersendiri
(Aarrgghhh….curhatan guru baru yang sudah ditagih kelengkapan administrasi plus
perangkat mengajar. hhe). Alhasil, administrasi dalam proses OTW yang entah
kapan akan diselesaikan.
Tugas guru saat ini tidak hanya berada di kelas, tapi juga di luar
kelas masih membawa seabreg tugas. Belum lagi kalau ada kegiatan lain di
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang biasanya punya proker, contoh MGMP
ISMUBA yang belum lama mengadakan Workshop, kepanitiaan UTS, dan Manasik Haji
(kebetulan jadi sekum). Perjuangannya sungguh luar biasa. Harus pandai membagi waktu.
Semua demi kemajuan dan pertumbuhan ISMUBA yang baik kedepannya.
Terlepas dari itu…ketika kembali ke sekolah harus kembali fokus
dengan sajian yang ada di sekolah—anak-anak yang luar biasa, jadwal mengajar fullday,
dan jika ada ekstrakurikuler, penuhlah tugas guru. Sedangkan, guru juga manusia
sosial yang perlu untuk bergaul dan berkumpul dengan masyarakat. So, menjadi guru
now itu sungguh tantangan yang luar biasa. Manajemen waktu kudu diperhatikan
dan diatur sedemikian rupa agar tetap bisa bersosialisasi.
Kembali pada permasalahan awal. Tantangan guru di masa depan
semakin kompleks. Ketika siswa sudah generasi 21, jangan sampai guru tidak
beranjak dari tahun 90an atau bahkan lebih mundur lagi. Jadi apapun yang
terjadi, guru harus selalu update informasi dan canggih teknologi. Guru juga
tidak cukup hanya membuat siswa bisa CALISTUNG saja. Tapi harus bisa melampaui
ketiga hal tersebut. Seperti azaz dasar mengajar yang diajarkan Bobby DePorter
bahwa Masuklah kedunia mereka dan bawalah mereka keduniamu. Kurang lebih
seperti itulah yang dikatakan Pak atau Bu Bobby yang saya tidak terlalu
memperhatikan jenis kelaminnya (intermezzo.hhh). Intinya, kita perlahan seolah
melibatkan diri dalam kehidupan mereka. Menyentuh kehidupan mereka dan
memperoleh izin memimpin adalah hal terbesar dan berharga yang tak boleh
disia-siakan sedikitpun. Setelah itu, bawalah mereka ke duniamu dan masa
depannya yang penuh dengan tantangan. Bangunkan. Sadarkan. Bahwa, kehidupan
dimasa depan tak pernah bisa diprediksi. Ketika generasi tidak bisa survive,
yang ada hanyalah menjadi kapas yang terbang tanpa arah. Mudah kabur kesana
kemari tanpa tahu harus berbuat apa selain putus asa dan menyerah.
Its Challenge! Bahwa tidak mudah menjadi guru. Ibarat petani, jika
salah perhitungan dalam menanam palawija atau biji-bijian lain, yang ada
hanyalah diserang hama. Jika perhitungan matang dan perawatan tanaman
diperhatikan dengan pemberian pupuk dan penyemprotan hama, hasilnya rata-rata
baik. Hasil panen bisa melimpah dan memberikan keuntungan bagi petani dan
konsumen yang bergantung hidup dengan petani. Meski untuk melakukan semua itu,
pastilah ada perjuangan berupa kesabaran dan keikhlasan dalam kurun waktu yang
tak sebentar. Jika itu murid, ibarat kita sedang menanam biji dan berusaha
menumbuhkannya dengan siraman ilmu yang setiap hari dibubuhkan. Perlu adanya kesabaran
dan keikhlasan untuk melakukannya. Karena, keberhasilan seorang guru adalah
ketika melihat biji yang ditanam dan dirawatnya akan tumbuh menjadi sesuatu
yang bermanfaat. Setidaknya, harapan sederhana seorang guru adalah, biji yang
ditanamnya bisa survive menghadapi pergantian musim yang tidak menentu. Seperti
halnya siswa yang suatu saat terjun kedunia nyata, mereka bisa survive dengan
perubahan dengan siklus cepat. Perihal menjadi apa dan siapa adalah urusan dia
dan Dia.
Menjadi guru now untuk siswa now? Its Challenge! Meskipun yang
kulakukan belumlah sehebat itu, setidaknya aku berusaha belajar untuk
memperbaiki diri dan mencoba menjadi teman terbaik untuk siswaku. Menjadi teman
berbagi keluh kesah mereka, dan sedikit demi sedikit membawa mereka ke duniaku dan dunia masa depan. Allahu’alam.
***Bantul, 10
November 2017—Hari Pahlawan—semangat berjuang guru-guru hebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar