Rabu, 07 Oktober 2015

Ceritaku: Segenggam Asa


oleh: Nin Wahyuni
 

Sebut saja Febriana. Dia seorang gadis yang luar biasa bagiku. Semangatnya sungguh membuatku kagum. Aku terkadang malu dengan diriku yang sering sekali mengeluh. Menganggap bahwa masalahku lebih besar dari orang lain. Padahal? jika aku tilik lebih dalam lagi, sungguh Allah yang maha Besar. Jadi, tak ada masalah besar, karena Allah Yang Maha Besar Sang pemilik masalah. Bukankah Allah telah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 286:”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Tidak hanya itu, Allah juga berfirman dalam QS. Al Asy-Syarh ayat 5 dan 6:” Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” 
Jadi, tak ada alasan aku untuk bersedih atau marah dengan masalah-masalah yang aku hadapi. Aku harus sering banyak mendengar dan melihat orang lain agar aku lebih banyak bersyukur.
Febriana, bagiku bukanlah gadis yang beruntung. Dia lahir dari keluarga yang tak mengharapkannya. Orang tuanya menginginkan anak laki-laki, bukan perempuan, itu yang pernah aku dengar dari sumber tak jelas. Entahlah, semoga saja aku salah dengar . Kini dia dalam asuhan saudara orang tuanya.
Saat ini dia baru saja lulus SD dan sekolah di sebuah MTS di Bantul. Dulu, selalu ada keluh kesah darinya dan selalu mengatakan,” Mbak, aku capek sekolah. Aku malu.” Yah, dia mengenyam pendidikan di bangku SD lebih dari 10 tahun. Teman-teman seangkatannya sudah masuk SMA, sedang dia masih duduk di bangku SD. Tapi, entah angin Barat atau angin timur kah yang akhirnya membawanya pada sebuah mimpi. Entah siapa pula yang mampu membangun lagi harapan-harapan yang telah hancur, hingga Febri berkata,”Mbak, aku masih pingin nglanjutin sekolah.” Dia mengatakan dengan sangat bahagia. Allah, malaikat seperti apa yang telah Kau kirimkan untuk Febri hingga ia memiliki mimpi lagi? Sungguh, tak ada yang mampu menghalangi Kuasa-Mu jika Engkau telah berkehendak.
***
Tepatnya satu tahun yang lalu, aku dan teman-teman Pemudi mendirikan bimbel di desa. Aku sangat senang mendapat kesempatan mengajar bersama teman-teman. Maklum, banyak teman-teman yang jurusan pendidikan. Dibantu juga dengan adik-adik yang sudah SMA/SMK. Semua itu berjalan sesuai harapan. Dan Febri, adalah murid yang sangat berkesan bagiku. Dia meskipun merasa minder karena yang bimbel kebanyakan anak Paud, TK, dan kelas dibawahnya, dia tetap bersemangat untuk ikut bimbel.
“Mbak, lulus SD aku gak mau sekolah. Aku mau kerja aja,” kurang lebih begitu katanya padaku. Aku tahu bagaimana perasaannya. Jika aku, ataupun orang lain yang ada diposisinya, mungkin tak sekuat dia. Badannya yang besar, dan umurnya yang sudah remaja tentu saja menjadi beban tersendiri untuknya. Seharusnya dia bisa menikmati masa-masa remaja dengan teman-teman seumurannya, tapi dia masih belum menanggalkan pakaian merah putihnya. Sering pula bercerita menjadi bahan ejekan teman-temannya.
Allah… Engkau telah memilih Febriana. Semoga Engkau menguatkan pula hatinya dan tegakkan langkahnya…
Aku, yang selalu tak dapat melakukan sesuatu, hanya diam dan mencoba tersenyum.
“Semua memang tak ada yang mudah. Jika ada yang bisa menjadi dokter, guru, pilot, dsb bukan berarti mereka tak mengalami kesulitan. Itu karena mereka tekun belajar,” kataku padanya. Aku terus berkata-kata entah itu memberikan pengaruh atau hanya akan terhempas dari lubang telinganya, aku tak tahu. Aku tak ingin dia putus semangat. Beberapa kali kulihat hasil gambarnya. Bagus. Dia memiliki bakat untuk menggambar. Hasil warnanya pun lumayan. Hanya butuh latihan. Dia juga tak pernah lupa membawa buku gambar dan pewarna kemanapun ia pergi.
***
Gadis itu, yang selalu membuatku kagum, selalu memberi kejutan dalam hidupku. Ketika tak sengaja waktu itu aku shalat di masjid, aku bertemu dengannya. Dia sedang mencoba menghafalkan beberapa surat juz 30, padahal dia belum lancar membaca Al-Qur’an tapi semangatnya sungguh luar biasa. Jujur, aku benar-benar malu. Malu dengan semangat yang ia punya. Aku dengan kenikmatan yang begitu besar, selalu luput untuk bersyukur. Hatiku bergetar mendengar lantunannya.
Allah, ampuni aku.
***
Selepas ramadhan, bimbel vakum. Teman-teman sudah sibuk dengan skripsi, tugas sekolah, KKL, dsb. Dan aku juga tidak sanggup berjalan sendiri. Pernah aku hanya mengajar sendiri, dan itu membuatku kewalahan. Setelah itu aku juga sibuk dengan kegiatan kampus. Sedih. Jujur, aku sedih. beberapa kali bertemu dengan Febriana. Dia selalu menanyakan kapan bimbelnya dimulai. Allah, aku merasa sangat egois dengan kegiatan kampus yang mulai menjadi prioritasku. Padahal ada hal yang lebih penting. Bukankah aku calon guru? Bukankah aku harusnya mementingkan mereka? bukankah guru yang baik itu adalah guru yang selalu memperhatikan murid-muridnya? Dimanapun dia berada, selalu menemukan murid untuk diajar.
Tak hanya itu, ada orang tua yang selalu bertanya padaku. “Mbak, kapan bimbel lagi?” aku terkadang bingung menjawabnya. Semua menjadi tak pasti. Mungkin setelah ini. Besok. Atau lusa. Atau entah kapan, aku tak tahu.
Satu hal, aku selau merindukan dimana aku bisa mengajar lagi. Entah itu dimanapun, dan  kapanpun. Dengan mengajar aku bisa bertemu dengan anak-anak yang selalu membuatku punya semangat. Dan meskipun aku sudah beberapa kali bertatap muka dengan beberapa anak, tapi Febriana adalah yang paling istimewa yang memberikan pengaruh dalam hidupku. Yaitu, semangat yang tak pernah pudar dan senyum yang tak pernah surut dari bibirnya. Semoga setelah ini kehidupannya bisa lebih baik lagi.
“Mbak, aku kemarin ikut lomba menggambar tapi belum menang,” katanya suatu hari.
“Belum menang gakpapa yang penting udah berani mencoba. Kalau kamu gak pernah mencoba, kamu gakkan tahu kemampuanmu,” jawabku. Dia tersenyum bahagia.
“Ia Mbak, aku pengen latihan terus,” katanya sambil bersemangat melanjutkan gambarnya. Dan kemarin, ketika bulan Agustus, dia sedang mempersiapkan diri untuk keikutsertaan dalam lomba Kaligrafi. Masya Allah
Segenggam asa telah menyinari langkah Febri. Kini dia telah melangkah dengan pasti. Melangkah tanpa rasa takut.
Sungguh, Allah tak pernah lupa dengan hamba-Nya.
Semoga kebahagiaan selalu mewarnai kehidupannya setelah ini. aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar