oleh: Nin Wahyuni
Seringkali kita lebih banyak
bershu’udzan daripada khusnudzan dengan ketentuan Allah. Kecewa memang ketika
apa yang kita mau tak sejalan dengan takdir-Nya. Kehilangan yang menyakitkan,
pengkhianatan yang tak termaafkan, juga kesedihan yang tak kunjung luruh.
Buka matamu...buka hatimu,
karena Allah sedang menyelamatkanmu dari kehancuran dan derita yang akan jauh
menyakitkanmu nanti. Bukankah Dia selalu mengawasi setiap gerak dan mengetahui bersit
hati serahasia apapun? Meski cara-Nya terkadang tak sesuai keinginan kita.
Mungkin caranya membuat kita
jatuh-sejauhnya. Sesakit-sakitnya. Bahkan terkadang bibir tak sadar
mengeluarkan keluhan-keluhan, hingga kata-kata umpatan yang melampaui batas
sebagai pelampiasan atas rasa kecewa yang mendera. Tentu semua itu tak
sedikitpun dapat mengurangi beban rasa patah yang orang lain perbuat.
Bukankah berharap paling
menyakitkan adalah berharap pada manusia?karena ketenangan dan kebahagiaan
sejatinya adalah ketika kita menggantungkan sepenuhnya hidup kita kepada Dia
Yang Maha segalanya.
Allah berfirman dalam QS.
Al-Mulk ayat 14, yaitu:
“Apakah
Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”
Allah telah menciptakan kita
dan Allah jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Allah mengetahui segala
perkara ghaib yang tidak seorangpun memiliki kemampuan serupa.
Dalam sebuah kegagalan dari
rencana-rencana matang yang sudah kita persiapkan, terkadang Allah sedang
menegur kita yang merencanakan sesuatu tanpa menyertakan-Nya dalam setiap
ikhtiar kita. Boleh jadi Allah sedang menghindarkan kita dari bahaya yang
mengancam jiwa kita.
Tak seharusnya menyesal,
ketika kita mampu mengambil pelajaran dari
kisah Ummu Salamah radhiyallahu’anha yang ditinggal wafat oleh suaminya
Abu Salamah radhiyallahu’anhu, dia bertanya “siapa diantara seorang mu’min yang
lebih baik dari Abu Salamah? Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah
kepada Rasulullah? Kemudian aku mengucapkan doa diatas (membaca istirja’)lalu Allah
menggantikannya dengan Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam(Baca HR. Muslim
no.918)
Jangan terburu mencela dengan
adanya musibah yang menimpa diri kita. Bisa jadi Allah sedang menyempurnakan
nikmat-Nya kepada kita. Atau mungkin Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang
jauh lebih baik untuk kita dan membawa kemashlahatan untuk orang lain. Sehingga
tak perlu ada penyesalan yang menjadikan kita jauh dari Allah.
#Bantul, 18 Agustus 2018:Masih
Euforia Hari Merdeka