Senin, 04 September 2017

Akhlak Tak Selebar Khimarku



Oleh        : Nin Wahyuni


Image result for kartun muslimahHijrah…bukan hanya berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Lebih dari itu, yaitu berproses. Proses sebuah perwujudan menjadi lebih baik, menjadi lebih makna menjalani kehidupan, juga segala hal yang mengarahkan pada kebaikan.
Akhlak tak selebar khimarku.
Ketika aku menuliskan judul tersebut, aku berulang kali merenung. Memang, perjalanan hijrahku telah membuat pakaian dan khimarku benar-benar berubah. Dari yang memakai rok di atas lutut, jeans pensil, baju tanpa lengan, baju ketat, dan lainnya yang jahil. Kemudian bertranformasi menjadi wanita berkhimar karena seringnya mengikuti pengajian, juga karena ketertarikan pada dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Yah, aku suka mendengarkan sesuatu yang baik. Perkataan yang baik. Walaupun belum tentu teraplikasi dalam kehidupanku, setidaknya aku tidak menolak orang menyampaikan kebaikan di telingaku . Lagi-lagi…aku hijrah. Menjadi ukhti dengan khimar lebar, dengan gamis yang menyentuh tanah, dan berkaos kaki.
Sekali lagi, akhlak tak selebar khimarku. Akhlak tak terpancar dari lebarnya khimar dan lebarnya pakaian yang dikenakan. Aku sadar itu. Untuk mendefinisikan akhlaq, aku harus kembali menyibak buku kuliah mengenai akhlaq. Bahwa akhlaq adalah budi pekerti, perangai, atau tabiat. Dan Rasulullah diutus Allah pertama kali untuk menyempurnakan akhlaq manusia.
Mengapa akhlaq dan bukan yang lainnya?
Kembali kupahami, bahwa akhlaq sangat dibutuhkan karena untuk sebuah kedamaian dan keserasian. Akhlaq adalah fondasi menjadi manusia yang baik untuk mencapai derajat mulia disisi-Nya. Akhlaq tidak hanya mengatur tata aturan berhubugan dengan manusia, tetapi juga mengatur hubungan dengan Tuhannya, bahkan dengan alam semesta sekalipun—karena hidup butuh keharmonisan.
Akhlak tak selebar khimarku. Memang.
Butuh durasi waktu yang lebih panjang dan perenungan dalam untuk memaknainya, kemudian memakainya sebagai pakaian sebenarnya.
Jangan pernah menilai dari lebarnya khimar seseorang, karena khimar tak bisa disamakan dengan kadar akhlaq yang dimiliki seseorang. Setidaknya, dia sudah menunjukkan ketaatan pada Rabb-Nya—untuk menutup aurat.
Untuk yang membaca tulisanku, kuharap kalian mendoakan perbaikan akhlaqku ketika khimar tak bisa melindungiku dari berbuat kesalahan.

***Muhasabah Selepas Dinginnya Shubuh. Bantul, 4 September 2017***