Terkadang kita harus kembali menengok sejarah, dimana masa
sebelum Islam datang. Zaman jahiliyah. Kesewenang-wenangan terhadap makhluk
bernama wanita. Dimana derajat wanita sangat
direndahkan. Sedikit yang dapat saya ingat mengenai wanita di buku “Yuk
Berhijab” Ustadz Felix Siauw, beliau menuliskan mengenai wanita pra Islam. Wanita
dijadikan pemuas nafsu birahi. Wanita diperjual belikan ibarat dagangan. Bahkan
di Jazirah Arab, bagi anak perempuan yang lahir ia akan di kubur hidup-hidup. Atau
di India yang lebih tidak manusiawi, yaitu ketika suaminya meninggal, maka perempuan(istri)
tidak layak hidup lagi sepeninggal suaminya. Atau, ada cerita lain lagi
mengenai wanita?
Hingga di utuslah Muhammad SAW untuk meluruskan agama
Islam yang dibawa oleh Ibrahim a.s. Satu-satunya agama yang menghargai wanita. Seperti
yang termaktub dalam QS. Al-Nisa’ yang
berarti wanita. Betapa mulianya wanita ketika Islam datang di tengah-tengah manusia.
Bahkan wanita menjadi satu diantara banyak keberhasilan laki-laki. Mungkin kita
pernah mendengar semacam pepatah atau hanya kata-kata mutiara yang berbunyi, “Di
balik laki-laki hebat, ada wanita di belakangnya”. Kurang lebih seperti itulah.
Berikut adalah sekilas kisah romantis antara Rasulullah
Muhammad dan Khadijah.
Khadijah adalah
orang yang pertama kali bersaksi atas kerasulan Muhammad Saw., yang tidak lain
suaminya sendiri. Dengan kekayaan yang dimiliki, Khadijah membantu setiap
perjuangan Rasul. Dan dari rahimnyalah Muhammad mendapat keturunan( Rachman,
2015:16).
Khadijah, ia
seorang istri yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi
Saw., suami yang dicintainya, untuk menolong, menguatkan, dan membantu sehingga
dengannya Allah meringankan beban Nabi. Tidaklah Rasul mendapatkan sesuatu yang
tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan, yang membuat beliau sedih,
kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya ketika beliau kembali ke
rumahnya( Rachman, 2015:16).
Tidak hanya itu, tetapi ada Asma' binti Abu Bakar yang
turut menoreh tinta emas dalam perjuangan Nabi, yaitu ia ikut menyertai Nabi
Muhammad Saw dalam perang Yarmuk dan
berperang layaknya pejuang. Itulah sekelumit perjuangan wanita yang menorehkan sejarah
indah peradaban Islam. Dan masih banyak lagi kisah-kisah wanita pejuang yang turut
andil dalam kejayaan Islam.
Wanita adalah
tiang Negara. Jika ingin menegakkan Negara, lindungilah wanita; dan jika ingin
menghancurkan Negara, hinakanlah dia( Rachman, 2015:14).
Betapa pentingnya memuliakan makhluk bernama wanita. Karena
dari rahim seorang wanita itulah akan lahir generasi-generasi penerus yang akan
melanjutkan estafet pembangun peradaban Bangsa.
Wanita menduduki garda terdepan dalam perjuangan. Bahkan
Nabi Saw pernah ditanya siapa yang paling berhak dihormati , diantaranya ayah
dan ibu, beliau menjawab, “Ibumu”, hingga tiga kali, kemudian “Ayahmu”.
Wahai wanita, what do you think about us? Betapa Islam
telah memuliakan kita. Meninggikan derajat kita. Bahkan ada dalam surat
Al-Qur’an yang mengkhususkan untuk kita, yang artinya “Wanita” yaitu QS.
Al-Nisa’. Betapa Rasulullah Sang pembawa cahaya telah menjadikan kita mulia. Tapi,
sudahkah kita menghargai diri kita sendiri?
Sudahkah hijab menjadi kain wajib yang kita kenakan? Sudahkah
air wudhu menjadi penghias wajah kita? Sudahkan dzikir menjadi penyejuk bibir
kita? Sudahkah mata digunakan untuk melihat ciptaan-Nya? Sudahkah telinga
digunakan untuk mendengar firman-Nya? Sudahkah… semua anggota tubuh kita digunakan
untuk beribadah pada-Nya?
Tetapi, kebanyakan kita masih belum juga tersadar akan
fitrah yang seharusnya kita jaga. Kita adalah seindah-indah hiasan dunia.
Fitrah kita adalah menjadi wanita Sholehah. Bukan menjadi fitnah.
***
Wanita adalah makhluk yang diciptakan dengan begitu
indahnya oleh Allah. Dengan segala keindahan dan daya tariknya. Itulah mengapa
wanita harus pandai menjaga diri dari segala gangguan.
Biarlah dibilang kuno, norak, ketinggalan zaman karena
tidak mengikuti perkembangan zaman. Tapi, izzah dan iffah seorang wanita harus
tetap terjaga. Satu hal yang harus kaum wanita camkan, “ Masa depan lelaki tak
dinilai dari masalalunya, sedang wanita kebalikannya. Wanita dipilih karena masa
lalunya”. Jika saat ini kehormatan seorang wanita telah diberikan pada
laki-laki yang bukan suaminya, lalu apakah yang akan diberikan pada suaminya
kelak? Jika laki-laki, asal dia memiliki masa depan yang baik, siapa yang akan
mempermasalahkan masa lalunya? Coba renungkan lagi, wahai wanita. Kita adalah
tiang. Kita adalah penggemilang peradaban. Jangan sampai menyesal dikemudian
hari karena kealpaan menjaga diri.
Betapa berharganya diri kita wahai wanita, wahai muslimah.
Biarlah hanya laki-laki sejati yang berani mendatangi wali
yang memilikimu. Bukan yang banyak janji dan yang berkata tak pasti.
***
Ref.
Rachman, Fauzi. Wanita Yang di Rindukan Syurga: Beribadah tanpa Lelah.
2015. Bandung: Mizania