Minggu, 24 April 2016

Pada Hari Ini



Setiap hari adalah lembar hari yang baru. Selalu ada cerita baru. Pun akan dengan nafas yang baru pula. Setiap nafas yang terhirup, sesungguhnya ada misi yang harus diselesaikan. Seperti membahagiakan orang-orang disekeliling kita. Berikan arti untuk setiap nafas yang dititipkan pada kita.  
Kesedihan boleh-boleh saja ditangisi, tapi harus diingat bahwa setiap kesedihan selalu beriring dengan bahagia. Hanya membuat orang disekitar kita tersenyumpun, kita sudah memberikan arti pada nafas.
Jangan pernah merasa sakit hati ketika banyak yang menggores luka di hati. Bukankah manusia tempat lupa dan berbuat salah? Ingat, tak ada manusia yang sempurna. Bahkan Rosul sekalipun dia pernah melakukan kesalahan, seperti teguran Allah dalam surat ‘Abasa yang memperingatkan Muhammad ketika bermuka masam melihat orang buta yang datang.
Teruslah tebarkan senyummu. Sembunyikan semua kesedihan yang ada di hati. Yakinlah semua akan berakhir dengan sendirinya. Seperti roda yang selalu berputar dengan kehendak Allah.
Hargai arti nafas yang masih bisa kita hembuskan. Mungkin saja hari ini nafas itu berhenti. Atau besok, atau lusa. Atau…10, bahkan 100 tahun lagi. Kita tidak pernah tau. Selama masih bisa bernafas, itu artinya masih banyak kebaikan yang harus kita lakukan.
Memang, tak semua orang dapat menerima kebaikan kita. Tapi, apalah arti penilaian manusia dibanding penilaian Allah. Tetap jaga semangatmu, teruslah tersenyum untuk lukamu, dan bersemangatlah untuk hari esok. Semoga Allah masih berkenan menitipkan kebaikan untuk kita tebarkan.
Berterimakasihlah pada orang-orang yang pernah atau selalu menggores dan menggiris luka di hatimu. Dia adalah orang baik yang sebenarnya selalu mengingatkanmu untuk dekat dengan-Nya. Dia yang menjadikanmu bersemangat untuk berdekatan dengan-Nya. Juga yang membuatmu menangis agar bakteri yang ada di mata dapat dibersihkan dengan air mata, agar hatimu pun ikut bersih.
Pada hari ini, selamat datang luka dan selamat datang kebahagiaan yang sudah menanti.
Walahu’alam bis shawab

Renungan Jiwa



Aku mencoba bertanya pada hati. Apakah benar cinta yang ada ini murni karena-Nya? Atau hanya ambisi yang mengatas namakan Dia? Mengatakan mencintai karena Allah, tapi selalu mencipta bayangnya dari pada meneteskan air mata dalam sujud? menangis karena telah melukai waktu yang hanya terisi dengan kesia-siaan?
Wahai hati, wahai jiwa. Betapa lemahnya jiwa ketika jatuh hati. Betapa mudahnya jiwa gundah dan resah ketika cinta tak selalu berjalan sesuai harapan kita.
Aku kembali merenung. Jiwaku kembali tertunduk dalam. Membuka kembali hati tempat menyimpan segala rasa. Apakah masih merah atau telah ternoda dan berkerak?

Minggu, 03 April 2016

Kusambut Engkau

Hasil gambar untuk ramadhan
Kau kembali datang
Kau kembali menyapa dengan segala keindahan
Kau penebar cinta
Penyembuh segala luka

Izinkan diri ini kembali menggenggammu
Izinkan tangan penuh dosa ini meminta berkah cintamu

Mata ini sudah lama kering tak bisa meneteskan bulir
Hati ini sudah lama kemarau
Mulut ini sudah menumpuk perkataan dusta
Kaki ini sudah kaku berjalan pada jamaah

Tapi…jiwa meronta kesembuhan
Kusambut engkau,
Dengan terbata, kuucap “Ramadhan, sisihkan ruang taubat untukku”


Bantul, 2 April 2016