Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Ternyata mencintai itu tak
mudah. Ada banyak hal yang harus dikorbankan. Sungguh semua itu akan berakhir
indah walau luka menyertai.
Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Ternyata tak semua orang
mampu memahami cinta yang kuberikan. Sungguh, begitulah cinta—sulit untuk di
pahami. Tapi akan terasa indah ketika kita melakukan karena Dia—Allah, Rabb
kita.
Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Air mata berderai karena luka
yang tak sengaja dihempaskan, tetapi masih bisa mengatakan “maaf aku
memang tak sempurna mencintaimu,
sehingga melukaimu”. Tetapi, di balik itu ada rasa percaya bahwa suatu saat
orang yang kuberi cinta akan mengerti.
Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Yang terkadang begitu geram
ketika menjelaskan arti ketulusan. Ternyata dia sama sekali tak memahami maksud
kita. Tetapi dengan kesabaran, perlahan hatinya akan terbuka untuk memahami
arti ketulusan yang kita maksudkan.
Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Terkadang harus terluka
dengan sikap cueknya, yang memang tak bisa mengerti. Bukankah setiap orang
diberi kelebihan dan kekurangan? Tetapi dengan kelembutan, perlahan akan
meluluhkan hatinya. Itupun tak mudah.
Begitu banyaknya yang aku cintai, begitu banyaknya rasa yang aku rasakan
ketika aku mencintai. Entah itu mencintai orang tua, sahabat, teman, dan orang
yang tak bisa kusebut namanya. But, orang-orang tersebut memang pantas
mendapatkan cintaku. Begitupun aku yang pantas mendapatkan cinta mereka. Karena
mereka semua telah memperindah hariku dan mengisi kekosongan hariku. Memang tak
ada cinta yang sempurna, namun kita bisa mencintai dengan cara yang sempurna—yaitu
mencintai karena Allah.
Inilah yang aku rasakan, ketika aku mencintai. Bahagia penuh ketenangan,
karena mencintai karena-Nya. Meski yang kuberikan bukan cinta sempurna, namun
cinta-Nya menyempurnakanku.
Inilah yang aku rasakan…
Bantul, 19 Agustus 2015, dalam senja yang indah
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar