Kamis, 20 Agustus 2015

The Brilliant Love




Ketika kita mencintai sesuatu, kita akan berusaha untuk terus menggenggamnya dan mempertahankannya. Barang sedetikpun, kita tak ingin melepaskannya. Itulah mengapa banyak yang menyebutkan “Love Is Blind”. That’s true! terkadang kita tak bisa melihat keburukan orang yang kita cintai bahkan tak mau mendengar hal buruk tentangnya. Seperti dalam hadits telah dijelaskan bahwa: Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
So, mencintai sesuatu dengan cara berlebihan hanya akan membuatmu ‘buta’ dan’tuli’ akan kebenaran. Karena cinta, seseorang bisa menjadi sangat hina atau menjadi mulia. Lalu, cinta yang seperti apa yang kalian inginkan?
Brilliant love or Loser love?
Pilihan ada di tangan kita. Ketika hidup yang fana ini dihambakan tak untuk Sang Maha Pemberi Cinta, apa jadinya? Kita hanya akan menghabiskan detik-detik nafas kita dengan helaan kerugian. Takkan ada kenikmatan menjalani kehidupan ini. Hanya cinta kepada Allah lah yang menjadikan kita mulia disisi-Nya. Bahkan manusiapun memuliakan kita.
Brilliant Love bisa kau dapatkan ketika engkau mencintai Allah.
Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim)



Inilah yang Aku Rasa




Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Ternyata mencintai itu tak mudah. Ada banyak hal yang harus dikorbankan. Sungguh semua itu akan berakhir indah walau luka menyertai.

Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Ternyata tak semua orang mampu memahami cinta yang kuberikan. Sungguh, begitulah cinta—sulit untuk di pahami. Tapi akan terasa indah ketika kita melakukan karena Dia—Allah, Rabb kita.

Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Air mata berderai karena luka yang tak sengaja dihempaskan, tetapi masih bisa mengatakan “maaf aku memang  tak sempurna mencintaimu, sehingga melukaimu”. Tetapi, di balik itu ada rasa percaya bahwa suatu saat orang yang kuberi cinta akan mengerti.

Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Yang terkadang begitu geram ketika menjelaskan arti ketulusan. Ternyata dia sama sekali tak memahami maksud kita. Tetapi dengan kesabaran, perlahan hatinya akan terbuka untuk memahami arti ketulusan yang kita maksudkan.

Inilah yang aku rasa, ketika aku mencintai. Terkadang harus terluka dengan sikap cueknya, yang memang tak bisa mengerti. Bukankah setiap orang diberi kelebihan dan kekurangan? Tetapi dengan kelembutan, perlahan akan meluluhkan hatinya. Itupun tak mudah.

Begitu banyaknya yang aku cintai, begitu banyaknya rasa yang aku rasakan ketika aku mencintai. Entah itu mencintai orang tua, sahabat, teman, dan orang yang tak bisa kusebut namanya. But, orang-orang tersebut memang pantas mendapatkan cintaku. Begitupun aku yang pantas mendapatkan cinta mereka. Karena mereka semua telah memperindah hariku dan mengisi kekosongan hariku. Memang tak ada cinta yang sempurna, namun kita bisa mencintai dengan cara yang sempurna—yaitu mencintai karena Allah.

Inilah yang aku rasakan, ketika aku mencintai. Bahagia penuh ketenangan, karena mencintai karena-Nya. Meski yang kuberikan bukan cinta sempurna, namun cinta-Nya menyempurnakanku.

Inilah yang aku rasakan…


Bantul, 19 Agustus 2015, dalam senja yang indah

***

Aku Ingin Menemukan-Mu


Hidup tak seindah film-film di Televisi, yang penuh kebohongan
Hidup layaknya sebuah kapal yang berlayar,
Terkadang terombang ambing di tengah samudra, terkadang tenang, terkadang pula terdampar, dan karam di tengah ganasnya samudra
Dan aku, sudah mengarungi luasnya samudra kehidupan ini
Mengarungi tanpa kutahu arah dan tujuan bidukku berlayar
Tak tahu kayuhan sampanku kuarahkan kemana

Dengan ketidakmampuanku membaca arah, aku tak tahu tanda bahaya
Jalan dipenuhi kegelapan dan badai yang membahayakan hidupku
Aku terus berlayar, berlayar, dan berlayar
Berharap kutemui cahaya yang akan menuntun langkahku
Namun aku telah jauh tersesat, tak tahu jalan untuk kembali

Tak ada yang mendengar tangisku di tengah kepungan gelap
Tak ada yang merengkuhku dalam ketakutan
Aku sendiri, disini
Kulihat tak ada kehidupan disini
Hanyalah kebinasaan yang terlihat olehku
Dan aku, jatuh dalam kehinaan

Aku telah jauh berlayar, hingga tak tahu jalan kembali
Tak satupun kutemui teman
Aku sendiri mengarungi luasnya samudra ini
Untuk mencari arti sebuah kehidupan

Satu harapan tersisa dalam resahku,
Aku ingin menemukan-Mu…