(oleh Sri
Wahyuningsih. Essai ini pernah dikirim ke Blog Mujaddid untuk memenuhi event
Festifal Timur Tengah di UI)
Kegemilangan ilmu pengetahuan terjadi pada masa Daulah
Abbasiyah, ketika dipimpin oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid. Ketika itu ilmu
pengetahuan berkembang sangat pesat. Banyak penerjemahan buku dari Yunani dan
Persia kedalam bahasa Arab. Pada masa ini Islam mengalami puncak kejayaan dan
menorehkan tinta emas dalam peradaban dunia. Ilmu pengetahuan sangat dijunjung
tinggi dan dianggap mulia nan agung. Sehingga, para ulama selalu haus akan
ilmu. Hak berpendapat pun diakui secara penuh dengan harapan dapat membebaskan
umat Islam dari taqlid.
Baitul Hikmah adalah perpustakaan besar yang di bangun
pada pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid. Di dalamnya orang bisa menulis,
membaca, diskusi, menimba ilmu, dan mengembangkan kemampuan keilmuannya. Baitul
Hikmah yang besar dan mewah menyimpan ratus ribuan buku yang menunjang keilmuan
umat Islam kala itu. Banyak karya yang sudah tercetak dan menjadi kekayaan
khazanah ilmu pengetahuan.
Pada Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid ini kehidupan sangat
mapan. Menjadikan Baghdad menjadi pusat kegiatan keilmuan. Kemudian disusul lah
Universitas Al-Azhar di Mesir yang menjadi Universitas pertama yang di bangun.
Selanjutnya di bangunlah madrasah-madrasah untuk kegiatan transfer ilmu
pengetahuan. Menuntut ilmu menjadi satu hal yang sangat penting. Seperti yang
telah di terangkan oleh Allah dalam firman-Nya, yaitu Qur’an Surat Al-Mujadalah
ayat 11:”…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu beberapa derajad…” sehingga,
meranumlah ilmu pengetahuan dan terciptalah peradaban keilmuan yang tinggi.
Hingga masa itu disebutlah sebagai The Golden Age.
Islam masa Abbasiyah maju tidak hanya dalam bidang
keagamaannya saja, tetapi juga ditambah dengan penyelidikan lapangan bidang
sains. Seperti yang dituliskan oleh Dr. Ali Mufrodi dalam bukunya yang berjudul
Islam di Kawasan Kebudayaan Arab mengatakan:”Pada masanya berkembang ilmu
pengetahuan, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama, seperti
ilmu Al-Qur’an, qira’at, hadis, fiqh, kalam, bahasa, dan sastra. Di samping itu
berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, alam, geometri,
aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran, dan kimia.
Di era Dinasti Abbasiyah ini adalah era yang
mengguncangkan dunia dengan penemuan-penemuannya. Salah satu contohnya adalah
seorang ilmuan bernama Khawarizmi sang pakar matematika yang menemukan angka
nol, kemudian namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika yaitu algoritma.
Kemudian ada juga Ibnu Rusyd, seorang filsuf ternama yang terkenal di barat
dengan sebutan Averroisme dan masih banyak lagi ilmuan muslim lainnya yang ikut
berkontribusi dalam kemajuan peradaban Islam.
Kala itu banyak orang-orang Barat yang berbondong-bondong
untuk belajar di Negara Muslim, kemudian ilmu yang mereka dapat di transfer ke
negaranya. Bahkan terjemahan karya orang-orang muslim ke dalam bahasa Latin
dijadikan pemerkaya kurikulum Barat. Sehingga peradaban dan kemajuan ilmu
pengetahuan kini beralih dan berpusat pada dunia Barat. Seperti Eropa, Amerika,
dan Rusia yang mengambil alih peradaban dunia setelah Islam mengalami masa
kemunduran.
Kini Islam sebagai pewaris kejayaan Daulah Abbasiyah kian
meredup. Semangat ijtihad menuntut ilmu semakin ditinggalkan, bermalas-malasan,
dan pesimistis. Seperti yang tertulis dalam buku Islam dalam Kajian Sain oleh
Dr. Abdullah Afif yang menyatakan: “Saat ini Umat Islam mengalami kemunduran diakibatkan
mereka meninggalkan prinsip Agama Islam itu sendiri. Sedangkan Barat maju karena kekonsistenannya dalam mengkaji ilmu
pengetahuan.” Sehingga Baratlah yang mampu menerapkan Iqro’ untuk unjuk pada
dunia bahwa merekalah golden age selanjutnya yang meneruskan kejayaan
Abbasiyah. Iqro’ disini tidak hanya diartikan sebagai membaca buku teks saja,
namun lebih luas dari pada itu. Yaitu mampu meneliti, mengkaji, dan yang paling
utama adalah mampu membaca masa depan yang penuh dengan persaingan. Mereka
berlomba-lomba untuk menjadi Negara patron dunia yang dipandang memiliki
peradaban tinggi.
Tak heran jika saat ini bermunculan produk-produk dari hasil ilmu
pengetahuan serta kecanggihan teknologi di dunia Barat. Karena dulunya, banyak
buku-buku karya orang muslim bidang sains, filsafat, karya sastra, dan lainnya
diterjemahkan kedalam bahasa Latin yang kemudian mereka pelajari.
Kerusakan mulai nampak akibat ilmu pengetahuan yang hakikatnya sesuatu
yang agung, tidak dibarengi dengan keimanan. Semua telah dibutakan oleh ambisi
dan nafsu untuk berkuasa. Bahkan dengan kemajuan bidang ilmu pengertahuan dan
Iptek yang berkembang sebagai refleksi kegemilangan Abbasiyah, kini dijadikan
sebagai pemusnah massal. Seperti yang diungkapkan dalam tulisannya, Chairil
Anwar dengan bukunya yang berjudul Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI:” Ini akibat dari konsep fisika baru
yang mulai diterima pada tahun 1940-an dengan symbol Einstein, dengan bom atom sebagai produk tidak langsung fisika baru yang diledakkan di Hirosima
dan Nagasaki. Walaupun hal ini dilakukan untuk menghentikan ekspansi Jepang ke Negara-negara lain, namun ternyata kemudian menjadi pemicu
perlombaan senjata berhulu ledak nuklir antara AS dan rivalnya Uni Soviet.
Umat Islam kini sudah banyak ketinggalan dalam segala hal. Seharusnya,
prinsip iqro’ lebih ditekankan lagi. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin melesat dan berlipat ganda, kita pun harus lebih
berlipat-lipat dalam ber iqro’. Kita sudah jauh tertinggal dibanding Barat.
Dulu Negara Eropa mengalami masa kegelapan, kemudian para ilmuan muslimlah yang
merangsang pemikiran mereka hingga muncullah Renaisance. Kini Eropa menjadi
Negara kuat dan berperadaban tingggi dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Umat Islam yang tersebar di segala penjuru dunia dengan kekayaan sumber
daya alamnya, haruslah bisa memanfaatkannya untuk menunjang kemajuan. Dahulu,
ketika zaman Abbasiyah, para ulama rela mengorbankan harta benda untuk
berkontribusi dalam memajukan ilmu pengetahuan. Kini saatnya Umat Islam membuka
kembali lembaran-lembaran kejayaan Abbasiyah yang gemilang untuk merangsang
kebangkitan umat Islam itu sendiri. Sumberdaya manusia harus benar-benar diasah
kemampuannya. Jika dalam waktu sepuluh tahun Barat mampu menghasilkan 10
ilmuan, sedangkan Islam hanya menghasilkan 5 ilmuan, maka sebagai umat Islam
kita harus iqro’dua kalilipat dibanding Barat untuk mengejar ketertinggalan.
Kini Umat Islam haruslah bangkit dari keterpurukan dan harus terus
belajar. Mengukir kembali kejayaan yang pernah tertorehkan pada sejarah dunia.
Mengulang lagi kejayaan Abbasiyah di era modern, yaitu dengan
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Kembali mengkaji Al_Qurán sebagai ilmu
pengetahuan. Karena Al-Qurán adalah sumber yang fundamental umat Islam. Seperti
yang ditulis Hassan Ibrahim dalam bukunya yaitu Al-Qurán menjadi sumber
bermacam-macam ilmu pengetahuan di zaman Abbasiyah. Ahli Nahwu bertumpu kepada
Al-Qurán dalam menentukan peraturan/kaidah bahasa Arab. Bagimanapun juga, keterangan
panjang lebar membantu dalam menginterpretasikan Al-Qur’an dan dalam
menjelaskan Al-Qurán tertentu. Selain itu para dokter ahli hukum Islam
menjadikan Al-Qurán sebagai sumber primer ketika menulis hasil karya mereka,
yang mereka beri judul al-Ahkam Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan sumber tertua dan merupakan bukti autentik untuk ilmu
pengetahuan. Untuk itu iqro’untuk umat Islam sangatlah penting. beberapa
manfaat iqro’ bagi umat Islam adalah:
1. Dengan iqro’umat Islam bisa
menciptakan karya sastra untuk memperkaya keilmuan seperti yang terjadi pada
masa Abbasiyah. Seperti yang tidak asing ditelinga kita yaitu Afl Lailah wa
Lailah atau Seribu Satu Malam. Buku ini sangat fenomenal hingga diterjemahkan
dalam bahasa Inggris pula menjadi “The Arabian Night”. Karena dengan membaca
maka otak akan terangsang untuk menulis.
2. Dengan iqro’umat Islam berpeluang
untuk mengkaji dan meneliti ilmu pengetahuan dan menemukan hasil penemuan,
terutama dalam bidang sains. Sains sangat berguna bagi kehidupan umat manusia.
Salah satunya energy nuklir yang berasal dari konsep fisika yang kemudian di
kembangkan masa kini. Energy nuklir ini harus dimaksimalkan untuk kemashlahatan
umat manusia dan digunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
3. Dengan iqro’ umat Islam mampu membaca
situasi yang akan terjadi, sehingga mulai dari sekarang bisa mempersiapkan
segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
Demikianlah konsep iqro’yang harus terus ditekankan
dan menjadi keharusan bagi umat Islam agar mampu bersaing dengan Barat. Umat
islam harus kembali berjaya dengan ilmu. Kembali menjadi umat yang berperadaban
tinggi sebagai pewaris Dinasti Abbasiyah. Para pemimpin umat Islam saat ini
haruslah memperhatikan pendidikan demi sebuah kemajuan. Agar umat Islam
memegang kembali peradaban tertinggi dan menguasai segala aspek bidang kehidupan.