Jumat, 13 Juli 2018

Tak Mampu Ungkapkan Rasa


Image result for tak mampu ungkapkan rasa
Oleh: Nin Wahyuni


Aku kembali pada titik balik  pertanyaan tentang iffah dan izzahku sebagai seorang wanita. Bagaimana pernyataan menjaga diri mampu kupertanggung jawabkan? Memang, dalam hidup ini selalu menawarkan pilihan, sekalipun pilihan itu tak memihak hati dan keinginan kita. Ada saat kita sendiri yang harus tegas pada hati kita untuk berhenti, walau tak ingin akhiri.

Mungkin tentang semua ketakutan atau segala prasangka yang tak kubiarkan bersarang dalam pikiran dan hati. Mungkin rasa yang kemudian membawaku pada hal bernama “galau”. Atau apapun itu. Berkali-kali hatiku berkata “jangan jatuh lagi. Kamu tak akan sanggup jatuh untuk yang kesekian kalinya”. Menunggu memang melelahkan, tapi aku mampu. Tapi cinta yang semakin tumbuh, dan rindu yang semakin berat? tidak bisa selalu aku bebankan pada hati, karena tak mampu ungkapkan rasa. Bahwa, aku ingin diperjuangkan. Aku ingin layak menjadi seseorang yang diperjuangkan dengan cara yang paling agung. 

Aku tahu setiap keputusan akan memiliki konsekuensi. Mungkin kembali patah atau sesuai harapan. Aku hanya ingin menghentikan segala macam pikiran jahat dan cengkraman prasangka dalam diri. Pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul dalam benak bermunculan dan menguasai alam pikirku.

Bagaimana cinta karena Allah tapi membiarkan waktuku habis memikirkannya? Bagaimana aku bisa dianggap menjaga ketika masih berlena dengan dirinya, walau kataku sudah membatasi dengan yang lain?

Atau…

Bagaimana bisa membiarkan diri selalu dalam gurauan dan candaan, sehingga kamu berfikir aku menjadi tak layak diperjuangkan?

Aku tidak bisa bersaing dengan banyak wanita diluar sana yang memiliki banyak kelebihan. Yang kapanpun bisa beralih pada mereka yang lebih dari segalanya. Aku sadar itu. Tidak ada wanita buruk rupa zaman sekarang. Tidak ada yang bodoh wanita zaman sekarang. 

Aku tidak ingin menjadi batu loncatan ketika rasaku telah dalam, tidak ingin hanya menjadi tempat persinggahan sementara pelepas lelah, tempat gurauan, atau apapun itu yang akhirnya membuatku jatuh.

Aku takut jatuh. Iya. Hanya itu.

Tapi…aku tak mampu ungkapkan rasa.

Siapapun, mengertilah.


Bantul, 17 Juli 2018*Renungan di hari sekolah H-2

Kamis, 05 Juli 2018

Luruskan Niat!



Oleh : Nin Wahyuni

Ketika banjir dengan pertanyaan “kapan nikah” akhir-akhir ini, aku cuma bisa jawab “doain aja” sambil melempar senyum.

Iya pengen. Pengen banget cepet nikah. Nikah sama seseorang yang Allah pilihkan, direstui kedua orang tua, orang yang aku semogakan, sholeh, penyayang, akhlaknya baik, lainnya bonus misal; ganteng, mapan, minimal S1… nah loh? Kriterianya itu hlo kok maksa banget. Ya setiap orang bebas dong menentukan kriteria. Tapi bagiku bonusnya gak terlalu ngaruh sih asal sholeh dan mau sama aku. Hihi

Kalau ditanya “udah siap nikah?” aku pasti jawab “belum” sambil mewek. “kok statusnya baper dan galau?” ahh sebenernya aku gak sebaper dan segalau postingan statusku kok. Asli. Status cuma ikut-ikutan temen aja yang udah pada baper akut kebelet nikah. Aku mah santai (gak juga sih) tetep punya target.

Nikah itu kan tujuannya untuk ibadah. Nah, kalau cuma biar gak baper dan bisa jawab pertanyaan “kapan?” apa bedanya sama mainan pasar-pasaran anak kecil? Nikah gak serendah itu. Berat. Bisa gak tidur mikirin nikah (lebay).

Luruskan niat!

Ya, aku dinasehatin ibu kalau sudah ada yang berani datang ke rumah jangan dilarang. Nunggu aku siap kapan aku nikahnya? Itu kata ibu. Bener sih kalau ditanya siap nikah apa belum, jawabnya pasti belum terus.

Pernah ditanya tentang nikah sama temen yang udah nikah. Aku jawabnya mau perbaiki diri dulu. Ya intinya berbenah lah ya biar nanti suamiku gak nyesel nikah sama wanita sepertiku. Jawabnya bikin jantung nyesek. “Perbaiki diri” itu butuh biaya banyak katanya. Paham maksudnya? Terus dia bilang lagi, “ berbenah? Berbenah emang mau kemana?” ahhh penuh kiasan, tapi ada benernya juga sih. Jangan karena alasan gak syar’I menjadi sebab takut nikah. Nasehat dia ke aku, baiknya sama-sama aja biar enak. Ada yang saling mendukung. Wkwkwk yaudah aku mau nikah cepet kalau gitu..oopss…(sambil nutup mulut pakai tangan).

Ada kisah temanku sendiri yang dia belum siap nikah, ehhh kebablasan umur hampir kepala 3. Itupun dia bilangnya sebenernya belum siap, tapi ya mau gimana lagi? Akhirnya dia mau dijodohin sama teman ngajinya. Dia nikah diumur lebih dari 30 tahun. Aku gakmau. Huaaaaaaa (nangis Bombay). Makanya dari sekarang udah mikir keras jangan sampai kelewat umur bunga yang lagi subur-suburnya kembang.

Mulai sekarang udah sibuk sama buku-buku bekal sebelum nikah, kajian pra nikah, diskusi tentang nikah, dan yang pasti gak akan nglarang orang yang mau silaturahmi sekaligus ngomong serius sama bapak (udah sih. Hihi).

Tahap awal sudah dilalui. Tinggal nunggu Allah kasih keputusan kapan dia datang lagi, sambil berdoa yang terbaik dan semua yang baik-baik. Sering nitip ibu buat doain juga biar masnya datang lagi diwaktu yang tepat. Gak perlu cepat kok, tapi tepat waktu. Hehe.

Kan baru kenal? Kok cepet ambil keputusannya? Kalau kelamaan mikir namanya PHP. Gak enak banget di PHP. Terus gak ngenalin dulu gitu gimana kepribadiannya? Yang pacaran lama aja belum tentu tau gimana sifatnya loh(kata anak-anak jaman now). Sekarang aku gakmau ribet sih buat ngenalin orang. Tanya teman dekatnya, tanya aktivitasnya, croscek ke teman-temannya, siapa aja temannya, tantang berani gak ke rumah, minta pendapat ibu, minta pendapat teman-teman dekatku, minta pendapat keluarga, udah gitu aja cukup. Kalau keluarga bilang baik dan dianya mau lanjut ya aku gakkan nolak. Kalau dia serius, aku bisa apa? siapa tau dia adalah salah satu dari deretan doa-doa panjang yang sering aku panjatkan. Kalau sudah pilihan Allah, gak ada alasan untuk nolak kan? Karena pilihan Allah yang terbaik, siapapun itu.

Cinta? Jangan tanya soal cinta. Karena aku gaktau gimana rasanya cinta yang bener-bener perasaan cinta sebelum akad. Jadi nikah dulu baru nanti aku jawab soal cinta. Hehe tapi kalau masalah yakin, insyaAllah sudah.

Cinta itu datangnya dari Allah. Allah yang akan memberikan rasa cinta itu di tempat yang tepat, yaitu kalau sudah akad.
Jadi kalau mau nikah, lurusin niat dulu. Niat ibadah karena Allah.

Bantul, 5 Juli 2018#Antibaper#antimainstream#singelillahsampaihalal##