Malam ini aku kembali merasakan
angin dingin menusuk epidermisku. Hari ini begitu banyak yang harus
kuperjuangkan, termasuk meredam dentuman dalam hatiku. Berulang kali kukatakan
“Hentikan!” tapi kau seakan tuli untuk mendengar jeritku. Kau terlalu cepat
berlalu, berhembus dengan kecepatan yang tak terterka. Kau datang dan pergi
sesuka hatimu, termasuk menghembuskan angin dingin di sekujur tubuhku, kemudian
melenggang entah kemana. Kau buatku menggigil dengan letupan-letupan yang terus
terdengar di kedalaman hatiku.
Hentikan! Biarlah aku menghirup
angin yang dikehendaki hatiku. Biarlah jemari ini yang memeluk erat tubuhku,
dari dingin anginmu. Bukan berarti aku ingin kau lepas, tapi beri aku waktu
untuk memahami semua ini. Bagiku, kau tak pernah bermaksud membuatku terluka
dengan hembusan dinginmu, hanya saja aku yang tak pernah mampu mengerti.
Terkadang, memang aku sengaja untuk mengabaikanmu. Karena aku—yaitu hatiku—tak
mau terlalu tinggi berharap dan menerka akan suatu hal—yang itu dapat membuatku
semakin jauh berkhayal.
Aku tak ingin terlalu bahagia
dengan sesuatu yang sejatinya tak pernah kumiliki. Kau dan aku, tak pernah
mempunyai status kepemilikan—karena semua hanya titipan-Nya. Bagiku, kau adalah
anugrah terindah yang hadir, yang selalu menitipkan hembusmu melalui dingin—yang
terkadang terselip rindu di dalamnya. Yah, kini aku menyadari itu—untuk merasakan
sesuatu yang lain.
Kata itu—kata yang sulit
kuterjemahkan oleh akalku—lima huruf itu selalu melayang-layang di kepalaku.
Sampai detik ini, kau tak pernah membuatku mengerti dengan kelima huruf itu. Sekalipun
tak pernah.
“Aku hanya bisa memberimu angin
dingin, berharap bisa memelukmu lebih erat agar kau tak pernah kesepian,”
bisikmu di telingaku.
Itu kata darimu, untuk
meyakinkanku—tepatnya berusaha membuatku mengerti. Namun, aku terlalu takut menafsirkan—walaupun
itu sebuah kejujuranmu. Aku tak mau candu dinginmu. Aku tak mau segala rayuan
sepoimu. Sekali lagi kukatakan padamu, “Hentikan!” jangan bunuh aku dengan derajat
minusmu.
Bukan! Bukan aku takut mati
dengan dinginmu. Itu karena kau belum memberikan sepenuhnya untukku…
5 juli 2015, merindukan angin dingin seperti malam ini